Mohon tunggu...
S. R. Siola
S. R. Siola Mohon Tunggu... Relawan - Pengamat Azadegan

Pengamat Azadegan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bagaimana Masyarakat Iran Merayakan Hari Kemerdekaan?

11 Februari 2020   04:07 Diperbarui: 11 Februari 2020   08:14 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: tehrantimes.com

Saya sedang menulis artikel lain bertema budaya, saat menyadari bahwa ternyata malam ini adalah 21 Bahman 1938 (penanggalan Iran, atau 10/02/2020). Ini berarti, besok, 22 Bahman 1398 (11/02/2020), jalan-jalan utama seantero-pelosok Iran akan banjir manusia.

Ya, besok, masyarakat Iran bakal tumpah ruah ke jalan-jalan utama untuk memperingati 41 tahun Revolusi Islam Iran. Tapi, ngomong-ngomong, pernahkah membayangkan bagaimana masyarakat Iran merayakan kemerdekaan revolusi Islam mereka?

Kumandang Takbir

Seperti tadi, tepat pukul 21.00 waktu Iran, masyarakat tumpah ke jalan dan gang-gang, atau bergabung di titik kumpul -ukuran apartemen, atau naik ke balkon rumah (pustebam) untuk sekedar bertakbir bersama selama 15 menit. Takbir ini dimaknai sebagai bentuk kebesaran Tuhan yang terus menjaga kedaulatan bangsa Iran.

Teriakan ramai inilah yang tiba-tiba menyadarkan saya, kalau besok ternyata hari bersejarah buat bangsa Iran. Saya pun menghentikan sejenak tulisan budaya yang deadline, untuk menyempatkan menulis sesuatu sekedar mengenang malam bersejarah ini.

Upacara Bendera

Ah, jangan pernah membayangkan, di pagi 22 Bahman, masyarakat Iran memenuhi lapangan untuk mengadakan upacara bendera. Tidak ada siswa sekolah dasar dan menengah, mahasiswa, dan pegawai kantoran yang dimobilisasi untuk acara penggerekan bendera.

Bahkan, selama 16 tahun saya dekat dengan masyarakat bangsa ini, tidak sekali pun pernah mendapati ucapara bendera di sekolah-sekolah, kampus-kampus, dan perkantoran. Kalau pun ada, paling apel pagi (subhghah) yang diadakan di lapangan ataupun di Husainiyyeh (aula). Itu pun biasanya berupa motivasi dan pesan-pesan akhlaki.

Lagu Patriotik dan Nasionalisme

Seperti di negara-negara lainnya, saluran-saluran televisi nasional Iran tentu tidak mau ketinggalan untuk merayakan dan meramaikan malam kemerdekaan dengan memutar lagu-lagu kebangsaan bersifat patriotisme yang membakar semangat nasionalisme bangsa. 

Selain itu juga diputar berbagai kilas balik sejarah revolusi Iran, yang dimulai dengan upaya penyadaran masyarakat oleh para mullah, cendikiawan, dan kaum terpelajar Iran.

Petikan-petikan pidato Sang Pemimpin Revolusi, Imam Khomeini, juga terdengar berulang-ulang baik di televisi dan radio-radio. Tentu saja, lengkap dengan ulasan para pakar dangan tahlil (analisis) tajamnya.

Konser Malam Kemerdekaan

Hoho. Jangan pernah membayangkan ada konser malam kemerdekaan ala panggung 17 agustusan di Indonesia. Tidak ada konser musik, band, apalagi dangdutan.

Iran adalah negara yang sunyi. Selama hidup di Iran, berpindah-pindah asrama dan apartemen, hampir tidak pernah menemukan budaya lomba memutar radio dengan suara bising hingga suaranya terdengar sampai luar kampung. Sangat tidak ada.

Iran adalah negara khomushi (senyap). Mengganggu kenyamanan tetangga dengan suara-suara bising adalah dianggap pelanggaran hak kenyamanan publik.
Bagi masyarakat Iran, berlaku prinsip jangan merampas hak orang lain jika tak ingin diperlakukan sama. Hormati hak orang lain, sebagaimana kita ingin dihargai.

So, ga ada dangdutan di malam kemerdekaan. Lantas apa yang masyarakat Iran lakukan menyambut kemerdekaan bangsanya?

Aksi Turun Jalan

Aksi Turun Jalan atau Tajammu. Itulah tradisi masyarakat Iran dalam merayakan hari kemerdekaan mereka. Tradisi Tajammu tidak saja dikhususkan untuk merayakan hari-hari besar negara, tapi juga sebagai bentuk protes dan perlawanan terhadap kebijakan-kebijakan batil; dan juga bentuk dukungan publik iran terhadap kebijakan-kebijakan yang haq dan sepantasnya.

Pernahkah melihat aksi turun jalan masyarakat Iran yang menuntut balas atas kematian Jenderal kesayangan mereka, Qossem Soleimani? Nah, seperti itu bentuk tajammu merayakan hari kemerdekaan Republik Islam Iran pada pagi 22 Bahman.

Tapi jangan pernah mengira tajammu para anti-revolusi dan munafikin akan sebanyak itu. Tentu tidak akan pernah. Sebab jumlah mereka hanya segelitir mahasiswa dan orang-orang bayaran. Jumlah mereka hanya beberapa puluh orang saja, sebagaiamana jumlah demontran anti-pemerintah di Universitas Amir Kabir di Tehran, pasca tertembaknya pesawat Ukraina oleh militer angkatan udara Iran.

Pidato Akbar

Perayaan hari kemerdekaan akan dipusatkan di ibukota, Tehran Raya, tepatnya di komplek Monumen Azadegan-Tehran. Setelah melakukan pawai di  berbagai rute yang telah ditentukan, masyarakat Tehran akan berkumpul di lapangan Azadegan untuk mendengarkan pidato kenegaraan dari Pemimpin Besar Revolusi Islam (Maqam Muazzam Rahbari), Sayyid Ali Khamenei.

Seperti yang telah disiarkan oleh televisi-televisi nasional Iran, tema utama dari 41 tahun kemerdekan Republik Islam Iran adalah Bayan-e Gam-e Dovvum-e Enghelab (penjelasan Gelombang Kedua Revolusi)

Yel-Yel

Seperti demonstrasi ala biasanya di belahan dunia, orasi dan yel-yel juga turut meramaikan acara tajammu di Iran. Biasanya di sepanjang jalan dengan jarak-jarak tertentu, para korlap meneriakkan berbagai yel-yel kesadaran, seperti Shallu ala Muhammad, buy-e Khamenei amad; sholawat atas Muhammad, wangi Khamenei merebak, Marg bar Amrika, Marg bar Israel, Mar bar Engelis, Mar bar Munafiq, Marg bar Zedd-e Welayatul Faqih, jargon nasional Esteghlal, Azadi, Jomhoriyyeh Islami, dan senadanya.

Door Price

Meski tradisi bagi-bagi hadiah ini terbilang baru (sekitar 3-4 tahun belakangan), masyarakat Iran telah memenuhi jalan selama berpuluh-puluh tahun lamanya. Tradisi tajammu masyarakat Iran masih saja sama; yaitu tetap hidup pasca revolusi, dan jauh sebelum revolusi Khomeini.

Diketahui bahwa sebelum revolusi Khomeini, sempat pula pecah revolusi Masyruteh, juga oleh kaum Mullah. Hanya saja, strategi dan manajemennya tidak sematang revolusi Khomeini (1978). Para pemimpin revolusi Masyrutheh akhirnya banyak ditangkapi dan dieksekusi mati (syahid).

Kesadaran dan kesetiaan masyarakat Iran bisa dibilang dipersatukan oleh simbol kemanusiaan Al-Husaini putera Ali yang terbantai di karbala, bersama Ahlulbait Nabi dari Bani Hasyim lainnya.

Apa pun dari Al-Husaini, memberi semangat dan nafas baru bagi Iran Islami. Sebagaimana perkataan Imam Khomeini, bahwa Iran tidak akan pernah ada tanpa Asyura Husaini! Selamat Hari Kemerdekaan, Iran Islami!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun