Petikan-petikan pidato Sang Pemimpin Revolusi, Imam Khomeini, juga terdengar berulang-ulang baik di televisi dan radio-radio. Tentu saja, lengkap dengan ulasan para pakar dangan tahlil (analisis) tajamnya.
Konser Malam Kemerdekaan
Hoho. Jangan pernah membayangkan ada konser malam kemerdekaan ala panggung 17 agustusan di Indonesia. Tidak ada konser musik, band, apalagi dangdutan.
Iran adalah negara yang sunyi. Selama hidup di Iran, berpindah-pindah asrama dan apartemen, hampir tidak pernah menemukan budaya lomba memutar radio dengan suara bising hingga suaranya terdengar sampai luar kampung. Sangat tidak ada.
Iran adalah negara khomushi (senyap). Mengganggu kenyamanan tetangga dengan suara-suara bising adalah dianggap pelanggaran hak kenyamanan publik.
Bagi masyarakat Iran, berlaku prinsip jangan merampas hak orang lain jika tak ingin diperlakukan sama. Hormati hak orang lain, sebagaimana kita ingin dihargai.
So, ga ada dangdutan di malam kemerdekaan. Lantas apa yang masyarakat Iran lakukan menyambut kemerdekaan bangsanya?
Aksi Turun Jalan
Aksi Turun Jalan atau Tajammu. Itulah tradisi masyarakat Iran dalam merayakan hari kemerdekaan mereka. Tradisi Tajammu tidak saja dikhususkan untuk merayakan hari-hari besar negara, tapi juga sebagai bentuk protes dan perlawanan terhadap kebijakan-kebijakan batil; dan juga bentuk dukungan publik iran terhadap kebijakan-kebijakan yang haq dan sepantasnya.
Pernahkah melihat aksi turun jalan masyarakat Iran yang menuntut balas atas kematian Jenderal kesayangan mereka, Qossem Soleimani? Nah, seperti itu bentuk tajammu merayakan hari kemerdekaan Republik Islam Iran pada pagi 22 Bahman.
Tapi jangan pernah mengira tajammu para anti-revolusi dan munafikin akan sebanyak itu. Tentu tidak akan pernah. Sebab jumlah mereka hanya segelitir mahasiswa dan orang-orang bayaran. Jumlah mereka hanya beberapa puluh orang saja, sebagaiamana jumlah demontran anti-pemerintah di Universitas Amir Kabir di Tehran, pasca tertembaknya pesawat Ukraina oleh militer angkatan udara Iran.
Pidato Akbar