“Kau masih merindukan Raka.” Ucapanku membuat rona merah pipi Cheonsa terlihat jelas.
“Sudahlah jangan meledekku. Oh iya, aku mohon sekali lagi, tolong kasih suratnya satu-satu ya, jangan sekaligus.”
“Kenapa?.”
“Karena aku ingin surat itu menjadi teman untuk harinya tanpa aku.”
“Kau tidak ingin memberiku sesuatu agar menjadi teman untuk hariku tanpamu?.” Kata- kataku membuat Cheonsa tertawa kecil.
“Aku sudah memberimu tugas yang cukup sulit, itulah teman untuk harimu dariku.”
Oh tuhan, kata- kata semanis itu aku dengar secara langsung dari mulut putrinya Raka.
“Apa susahnya memberi surat itu kepada Raka.”
“Kamu lupa ya, Raka ga ada di sampingmu seperti dulu. Kau harus memberikannya lewat Emailmu, atau membacakannya lewat ponselmu.”
“Dan itu harus aku lakukan setiap hari.”
“Maafkan aku Arya, hanya kamu yang bisa mengabulkan harapan terakhirku ini.”