Mohon tunggu...
Hazmi SRONDOL
Hazmi SRONDOL Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis/Jurnalis

Jika kau bukan anak Raja, bukan anak Ulama. Menulislah...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Antara Debat Capres & Degub Cinta

11 Juni 2014   16:31 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:14 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14024537711352788997

Dan kembali kepada moderator--walau diluar banyak pro dan kontra, secara pribadi saya tetap mengapresiasi tugasnya. Ketegasan membatasi waktu tepuk tangan, waktu menjawab dan cara bertanya sesama capres membuat acara ini beberapa tingkat diatas acara debat lain di televisi.

ya, saya paham--ada yang keberatan dengan format ini yang konon tidak demokratis karena tepuk tangan dibatasi. namun mohon diingat. Debat capres bukan debat kusir ala anak TK atau SD yang saling ngotot hingga memancing penonton melempar remote ke televisi miliknya sendiri.

Ini adalah debat kelas sidang kuliah atau tesis yang memang harus tertib. Esensi-esensi pemikiran, highligth program dan garis besar agendanya harus lebih dikedepankan. Apalagi ini sesi awal atau lebh tepat saya anggap sebagai sesi "judul buku" dan "daftar isi". Konten lengkap baru disampaikan ke debat sesi selanjutnya.

Konsep judul "pangan' yang menjadi salah satu BAB utama yang dibahas Prabowo jelas sangat menbahagiakan bagi saya. Bukan sekedar masalah jargon, namun secara esensial masalah pangan ini menurut buku "Dao De Jing"--buku tentang Taoisme adalah hal dasar dan utama yang wajib dijalankan oleh Shen ren (pemimpin sejati).

Dimana Shen Ren harus bisa mencukupi kebutuhan sandang-pangan rakyatnya agar tubuh mereka hangat dan perut mereka kenyang. Bila sudah kenyang, mereka baru bisa hidup dengan tenang dan pikirannya tidak macam-macam. Jikalau ternyata konsep pembangunan pangan juga berhubungan untuk menghemat anggaran dari gejala kebiasaan impor pangan atau juga bagian dari strategi pembuatan energi alternatif seperti bio diesel dan bioetanol, saya rasa itu bonus tambahan.

Moderator juga cukup tegas menegur peserta yang bertanya langsung tanpa moderasi. Apalagi saat bertanya soal HAM yang sangat esensial dalam debat pembuka kali ini.

Hal menarik untuk disimak lainnya adalah ketika moderator entah secara iseng atau memang menghemat waktu, ia menanyakan perihal apakah masih ingat soal sebelumnya kepada Prabowo. Alhamdulillah, dijawab dengan detail "Kerangka hukum yg akan dibangun untuk menjamin utk menjamin nilai Bhineka Tunggal Ika".

Jawaban dari pertanyaan sederhana namun menghasilkan nilai tambah sekaligus penegas bahwa memang Prabowo mengikuti debat ini dengan khitmat dan kesadaran mental serta intelektual yang maksimum.

Moderator pun sangat tepat menjaga ritme dalam memberikan kesempatan Prabowo dalam sesi lontaran pertanyaan. Pertanyaan soal otonomi daerah--salah satu hal yang dalam dekade ini sudah berlangsung dan hasilnya memang masih pro kontra dan perlu dievaluasi. Saya tidak mau menilai hasil jawaban kompetitornya. Bukan wilayah saya mengkritisi.

Namun satu poin saya dapatkan bahwa pertanyaan ini adalah salah satu pikiran bawah sadar Prabowo yang menjadi prioritasnya. Mohon yang setiap hari berkecimpung dalam bidang otonomi daerah mempersiapkan diri karena jelas, ini akan jadi bahasan utama saat Prabowo menjadi Presiden.

Sedangkan secara individu, jika diibaratkan cerita silat atau beladiri, Prabowo jelas sedang menggunakan prinsip dasar bertarung ala Samurai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun