Nama-nama yang muncul diantaranya adalah Dorothea Rosa Herliany, Nenden Lilis Aisyah, Ayu Utami, Helvy Tiana Rosa, Dewi Lestari, Djenar Maesa Ayu, Asma Nadia, Fira Basuki, Ana Maryam, Ratih Kumala, Dewi Sartika, Ani Sekarningsih.Â
Tema cerita yang diangkat juga bervariasi. Misalnya, selama tahun 1990-an, perubahan estetika sastra telah berubah sejak keberadaan novel Saman karya Ayu Utami.
Jadi, keterbatasan hak yang dulu dimiliki perempuan Indonesia untuk mengekspresikan pandangannya kini telah terungkap. Perempuan yang dulu diremehkan dan hanya bekerja sebagai objek kini memilih menjadi penggerak perubahan. Penulis wanita sekarang bebas untuk merefleksikan pemikiran mereka.
Dan saat ini, seiring perkembangan zaman dan gaya hidup, arah menulis pun ikut berubah. Sastra adalah cerminan zaman. Pepatah itu memang benar adanya.Â
Jika ingin mengetahui keadaan seseorang atau masyarakat, lihatlah bagaimana karya sastra di tengah-tengah masyarakat itu. Semakin baik keadaan masyarakat, semakin baik pula karya sastranya. Begitu pun sebaliknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H