Mohon tunggu...
Sriwanti
Sriwanti Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Menelaah Penyusutan Aktiva Tetap

28 November 2015   13:50 Diperbarui: 28 November 2015   14:14 2114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Aktiva tetap merupakan harta perusahaan yang berfungsi untuk membantu proses operasional perusahaan. Dalam penggunaan aktiva tetap, akan muncul biaya penyusutan yang terjadi setiap tahunnya. Dikarenakan nilai aktiva tersebut berkurang akibat penggunaan dalam operasional perusahaan. Maka dari itu, perusahaan harus benar-benar dalam menentukan metode penyusutan yang akan diterapkan, karena akan berpengaruh pada besar kecilnya biaya penyusutan yang setiap tahun akan dikeluarkan oleh perusahaan.

***

Pengertian Penyusutan

Penyusutan atau sering disebut depresiasi menurut beberapa ahli,yaitu :

  1. Sofyan Harahap (1999:53) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan penyusutan adalah: “ Pengalokasian harga pokok aktiva tetap selama masa penggunaanya atau dapat juga kita sebut sebagai biaya dibebankan terhadap produksi akibat pengunaan aktiva tetap itu dalam proses produksi”.
  2. Menurut Kleso, Weygant dan Warfield (2001;550) : “Depreciation is defined as the accounting process of allocating the cost of tangible assets to expense in a systematic and national manner to those periods expected to benefit from the use of the assets.
  3. PSAK No. 17 (2004;17.1) menyebutkan bahwa pengertian penyusutan (depresiasi) adalah sebagai berikut: “Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung”.

Dengan kata lain penyusutan adalah biaya yang dibebankan terhadap produksi oleh perusahaan atas penggunaan aktiva tetap selama masa manfaatnya dalam proses operasional.

Bagi perusahaan sangat penting untuk menentukan metode penyusutan terhadap aktiva tetap, karena biaya penyusutan merupakan alokasi biaya yang mempengaruhi besarnya tingkat laba perusahaan dalam laporan keuangan.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Beban Penyusutan

Menurut Temy Setiawan (2012;100), ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi besarnya beban penyusutan (depresiasi) setiap periode akuntansi yaitu :

  • Harga Perolehan (Assets Cost)

Yaitu semua biaya (harga faktur ditambah biaya-biaya lain) yang dikeluarkan untuk memperoleh suatu aktiva sampai aktiva tersebut layak digunakan dalam kegiatan operasi perusahaan secara normal.

  • Umur Ekonomis (Usefull Life)

Yaitu taksiran jangka waktu suatu aktiva dapat memberikan manfaat ekonomis bagi perusahaan.

  • Nilai Residu (Residual Value)

Yaitu taksiran harga jual aktiva diakhir umur ekonomisnya. Masa manfaat biasanya dinyatakan dalam tahun, satuan hasil produksi, satuan jam kerja.

Harga perolehan dikurangi dengan taksiran nilai residu merupakan harga perolehan yang dapat disusutkan (depreciable cost), yaitu harga perolehan aktiva yang akan dibebankan ke pendapatan di masa depan.

Metode Penyusutan

Standar Akuntansi Keuangan (2004;17.3) mengenai penyusutan menyatakan bahwa :

“Jumlah yang dapat disusutkan dialokasikan ke setiap periode akuntansi selama masa manfaat aktiva dengan berbagai metode yang sistematis. Metode manapun yang dipilih, konsistensi dalam penggunaannya adalah perlu, tanpa memandang tingkat profitabilitas perusahaan dan pertimbangan perpajakan, agar dapat menyediakan daya banding hasil operasi perusahaan dari periode ke periode.”

Ada beberapa metode penyusutan yang dapat diterapkan untuk menyusutkan aktiva tetap. Yang mana metode yang diterapkan pada suatu aktiva tetap belum tentu dapat diterapkan pada aktiva tetap lainnya dikarenakan perbedaan sifat dan cara penggunaannya. Oleh karena itu, perusahaan harus mempertimbangkan dengan baik metode yang dipilih untuk setiap jenis aktiva.

Temy Setiawan (2012;101) menyatakan bahwa ada beberapa metode penyusutan (depresiasi), antara lain :

  1. Metode garis lurus (Straight Line Method)
  2. Metode saldo menurun ganda (Double Declining Balance Method)
  3. Metode jumlah angka tahun (Sum of Years Digit Method)
  4. Metode unit produksi (Productive Output Method)

Metode garis Lurus

Metode garis lurus merupakan metode yang paling sederhana sehingga banyak diterapkan oleh perusahaan. Menurut Zaki Baridwan (2004;309) perhitungan depresiasi dengan metode garis lurus didasari pada anggapan :

  1. Kegunaan ekonomis dari suatu aktiva akan menurun secara proporsional setiap periode.
  2. Biaya reparasi dan pemeliharaan tiap-tuap periode jumlahnya relatif tetap.
  3. Kegunaan ekonomis berkurang karena terlewatnya waktu.
  4. Penggunaan (kapasitas) aktiva tiap-tiap periode relatif tetap.

Dengan anggapan diatas, metode garis lurus sebaiknya digunakan untuk menghitung depresiasi gedung, mebel dan alat-alat kantor. Besarnya beban penyusutan dengan metode ini tetap setiap periodenya tidak dipengaruhi oleh kegiatan dalam perusahaan. Adapun formulasi metode penyusutan adalah sebagai berikut :

Beban Penyusutan = (Harga Perolehan - Nilai residu) / Umur Ekonomis

Metode Saldo Menurun Ganda

Metode ini mengalokasikan penyusutan berdasarkan persentase umur ekonomis terhadap nilai buku aktiva, sehingga beban penyusutan tiap tahunnya menurun. Metode ini diterapkan perusahaan untuk tujuan perpajakan. Untuk menghitung biaya penyusutan yang terus menurun, dasar yang digunakan adalah persentase penyusutan garis lurus namun dibebankan terhadap nilai buku aktiva.

Rumus : Tarif = 2 x (100% / Umur Ekonomis)

Beban Penyusutan = tarif x nilai buku aktiva awal periode

Metode Jumlah Angka Tahun

Metode jumlah angka tahun mengalokasikan penyusutan dengan mengalikan biaya perolehan aktiva yang tersusutkan (Biaya perolehan- Nilai residu) dengan tarif penyusutan JAT. Pecahan yang digunakan dalam tarif JAT adalah pembilang (numenator) adalah jumlah tahun sisa manfaat aktiva pada awal tahun berjalan. Penyebut (denominator), yang besarnya selalu sama, adalah jumlah tahun yang menunjukkan masa manfaat aktiva. Rumus untuk menghitung beban penyusutan adalah sebagai berikut :

Jumlah Angka Tahun = [n x (n+1)] /2

Beban Penyusutan = Angka tahun dibalik / Jumlah angka tahun x (Harga Perolehan - Nilai Residu)

Keterangan :  n = umur ekonomis

Metode Unit Produksi

Untuk metode ini umur ekonomis aktiva menggunakan satuan unit produksi. Dasar teori yang digunakan adalah bahwa suatu aktiva itu dimiliki untuk proses produksi dan menghasilkan produk, sehingga penyusutan didasarkan pada jumlah produk yang dihasilkan. Metode ini digunakan dengan asumsi :

  1. Nilai aktiva tetap berkurang karena penggunaan aktiva bukan karena berlalunya waktu.
  2. Keusangan bukan fakor penting dalam menetapkan usia aktiva. Keausan dan kerusakan fisik dianggap lebih penting dari pada keusangan. Jadi, jika aktiva tetap tidak digunakan dalam tahun tertentu, maka tidak ada penyusutan yang harus dicatata.
  3. Biaya reparasi dan pemeliharaan bersifat proporsional terhadap penggunaan.
  4. Tingkat efisiensi operasi bersifat proporsional terhadap penggunaan yang berfluktuatif.
  5. Pendapatan bersifat proporsional terhadap penggunaan aktiva.

Adapun rumus untuk beban penyusutannya adalah sebagai berikut :

Beban Penyusutan = Produksi Aktual / Estimasi Kapasitas Produksi x (Harga Perolehan - Nilai Residu)

*** 

Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian diatas adalah bahwa penyusutan merupakan biaya yang dibebankan terhadap perusahaan atas penggunaan aktiva tetap untuk kegiatan operasional perusahaan. Perusahaan harus sebaik mungkin mempertimbangkan metode penyusutan yang akan diterapkan pada aktiva tetap karena setiap aktiva memiliki sifat dan cara penggunaan yang berbeda.

Sumber :

Setiawan, Temy. 2012. Mahir Akuntansi. Edisi Revisi 2012. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer.

Anonim. Audit dan Ilmu Akuntansi Indonesia.“Penyusutan”. http://audisindo.blogspot.co.id/2009/08/penyusutan.html (diakses pada 28 November 2015)

Nugroho,Andi Harom.“Analisis Penerapan Metode Penyusutan Aktiva Tetap dan Pengaruhnya Terhadap Laba Perusahaan”. http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/10364/437/0101302.pdf?sequence=1 (diakses pada 28 November 2015)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun