Mohon tunggu...
Sri Subekti Astadi
Sri Subekti Astadi Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

ibu rumah tangga.yang suka baca , nulis dan fiksi facebook : Sri Subekti Astadi https://www.facebook.com/srisubektiwarsan google+ https://plus.google.com/u/0/+SriSubektiAstadi246/posts website http://srisubektiastadi.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/srisubektiastadi/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hujan Tanah Senja itu....

14 Desember 2014   22:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:19 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Iya...Lek.....maturnuwun.." hanya itu kata yang aku ungkapkan sebagai balasan atas perhatian mereka.

Sepeda motorku terus menderu...melintasi jalan yang hanya sejengkal, disela-sela perbukitan kampung kami. Kadang-kadang aku terpaksa menghindar dengan turun dari sepeda motor bila harus melewati tanah longsor yang menutupi sebagian ruas jalan yang sempit. Kepulan asap sepeda motorku membumbung memecah kesunyian pada rerimbunan bukit dan jurang yang terus meranggas. Hingga sampailah aku pada jalanan yang mulus yang sudah beraspal, sebagai tanda aku sudah akan memasuki wilayah ibukota kecamatan.

Laju sepeda motorku segera kutambah setelah melewat jalanan nan mulus namun tak begitu ramai, hingga jam 2 siang aku sudah sampai di kota, dan langsung menuju tempat aku bekerja, tanpa mengganti pakaian dulu di tempat kost. Aku segera menghampiri Cik Mey...bossku pemilik gerai tempat aku bekerja.

"Maaf...Cik...aku terlambat....karena hujan tak kunjung henti..." demikian aku memberi alasan untuk ijin keterlambatanku yang seharusnya aku masuk kerja jam 1 siang tadi.

"Iya...gak apa-apa yang penting kamu selamat bisa masuk kerja lagi...." begitu balasan Cik Mey yang membuatku senang. Aku segera mengerjakan tugas-tugasku mengecek dan membuat laporan stok barang yang menjadi tanggung jawabku.

Hingga saat istirahat jam 5 sore tiba aku sempatkan untuk ke kost untuk sekedar mandi dan mengganti pakaian. Serta makan di warung Mbak Nem sebelah rumah kost kami.  Setelah itu aku segera kembali ke gerai tempai aku bekerja. Hujan deras dan langit hitam menyelimuti kota kami. Ada perasaan tidak enak menyelimuti hatiku, aku teringat emak, bapak dan ketiga adikku Yanto, Mardi dan Rois. Ada apa dengan mereka, aku segera menepisnya dengan berdoa dan membaca Al-Fathehah, semoga tak terjadi apa-apa dengan dusun kami. Tapi entah kenapa perasaan tidak enak itu semakin menguat .....aku meninta ijin untuk menelpon bapak sejenak. Beberapa kali aku telpon susah sekali...sepertinya di kampung sedang hujan deras sehingga sinyal jelek, walau akhirnya denga suara yang tak begitu jelas aku bisa mendengar suara bapak.

"Pak...aku sudah sampai dengan selamat....bapak, emak dan adik-adik tak apa-apa kan...??" itu kata yang sempat aku samapaikan pada bapak.

"Ati-ati yo Nduk..." begitu suara yang bisa aku dengar dari seberang sana, karena setelah itu hanya suara kremesek yang aku dengar. Sambungan telpon pun terpuus.

Hatiku semakin tidak karuan setelah berulang kali aku ingin menyambung telpon lagi gagal, tak ada sinyal. tak ada nada apapun dari seberang sana.

Kerisauan hatiku kututupi dengan kembali bekerja dan melayani mengunjung yang hanya satu, dua masuk ke gerai kami.

Jam 7 malam aku kembali ingin menelpon bapak, namun berulangkali pula gagal lagi tak ada sinyal dan ada nada apapun dari seberang sana. Hingga ada seorang yang datang menemuiku, dia temanku yang tinggal sedesa namun tidak satu dusun denganku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun