" Sepertinya aku ingin berhenti saja uda, aku capek tidak juga lulus PNS, sementara teman -- teman seperjuangan semua pada lulus".
Dengan berurai air mata ku hampiri suami ku yang sedang sibuk dengan laptonya.
" Sabar dek ini bukan rezeki kita, mungkin Tuhan ada rencana yang lebih indah dari ini"
Suami ku mencoba membujuk, menghibur namun aku tak bisa menahan rasa kesedihan ku. Aku menunduk lesuh setelah melihat pengumuman tes PNS yang baru saja aku lewati padahal saat itu penerimaan besar -- besaran. Ditambah lagi dari lima orang mengikuti tes tersebut di sekolah ku, empat diantaranya lulus termasuk sahabat ku sendiri. Mereka bahagia dengan berita itu namun aku terpuruk tak berdaya, terasa semua harapan ku sirna. Ku bersimpuh kepada Tuhan, aku menanyakan ketidak adilan ini, aku marah, aku tak terima. Ku luapkan semua doa di tahajud ku, aku menangis, aku meminta belas kasihan dari Tuhan.
      Sebulan lamanya aku mencoba mengobati hati ku, pertengakaran, pertikaian, perdebatan yang selalu terjadi antara aku dan suami ku .
" aku berhenti saja uda, tak sanggup rasanya disini lagi, aku mau pulang kampung".
Untuk kesikian kalinya keluar dari mulut ku.
" kalau di kampung terus mau kerja apa dek? "
"terserah, kita coba bertani aja".
Aku berdebat sengit saat itu.
"Syukuri yang kita punya sekarang, cobalah menerima dengan ikhlas dan ingat kamu juga sudah lulus sertifikasi mungkin ini dulu rezeki diberi Yang Maha Kuasa. Lihat diluar sana masih banyak orang lain yang masih honor dan menerima gaji kecil namun mereka bahagia menjalaninya".