Semuanya harus dipersiapkan dengan terencana, jadwal, hari, tanggal, jam, dengan cermat dan mendetail karena mengumpulkan banyak orang itu lebih merepotkan, apalagi masih ada "sesepuh/orang yang sudah tua (kakek,nenek)" yang kelincahan berjalan dan bergerak berbeda dengan orang muda.
Diakui tamu yang hadir saat resepsi pernikahan itu dapat menjadi representasi yang mempunyai hajad dan  menunjukkan luasnya jejaring pertemanan baik orang tua maupun pengantinnnya.
Namun disisi lain, tamu undangan ini berkaitan dengan jumlah hidangan yang harus disediakan. Menghitungnya melihat profil tamu undangan, bila yang diundang orang  kota satu undangan yang hadir dua orang. Berbeda bila tamu undangan orang desa satu undangan bisa datang 3 atau 4 orang.
Belum lagi ada tamu yang "menyusup", tidak diundang, bukan keluarga, bukan kenalan, jadi membawa "amplop kosong", berbaju batik, menikmatai hidangan.
Perlu diingat bahwa jumlah undangan tidak berbanding lurus dengan nilai sumbangan yang didapat. Jadi jangan berharap terlalu banyak supaya tidak kecewa.
Kalau niatnya syukuran, resepsi pernikahan anaknya semua harus diikhlaskan lahir dan batin, bahwa pernikahan itu bukan ajang mencari keuntungan seperti jual beli, atau ajang membuka "tabungan" karena "merasa" telah menyumbang di berbagai tempat dalam kurun waktu lama.
Yogyakarta, 26 Juli 2018 Pukul 11.14