Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketika Para Pustakawan "Melawan Lupa" Hari Kelahiran Organisasinya

9 Juli 2018   10:06 Diperbarui: 12 Juli 2018   08:01 790
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (pixabay)

"Tidak mengenal maka tidak sayang", sehingga anggota IPI dari generasi milenial (generasi "now"), lebih sedikit dibanding dari generasi "old". Artinya anggota IPI anggotanya mayoritas para pustakawan generasi "old", hal ini terbukti kalau ada konggres, musyarawah IPI, baik tingkat daerah maupun tingkat pusat, yang hadir lebih banyak pustakawan yang sudah menjelang pensiun.

Hal ini semestinya perlu mendapat perhatian dari pengurus pusat IPI maupun daerah untuk merangkul generasi "now" agar masuk menjadi anggota IPI. Selama ini lulusan ilmu perpustakaan tidak ada kewajiban menjadi anggota IPI, padahal pustakawan generasi "now" ini yang akan meneruskan kelangsungan organisasi. 

Kalaupun sudah ada yang masuk menjadi anggota, belum merasakan manfaat menjadi anggota IPI kecuali ditarik iuran anggota dan keringanan membayar  acara seminar, lokakarya, munas, dan konggres IPI. 

Untuk mengikuti ujian kompetensi yang gratis saja masih belum semua pustakawan tertarik, padahal untuk kepentingan pustakawan sendiri. Besarnya iuran anggota perpustakaan tiap bulan Rp 5.000,-, kalau setahun Rp 60.000,-. Sebenarnya masih terjangkau untuk para lulusan baru yang belum bekerja, dengan subsidi dari orang tua.  

Organisasi IPI ini diakui tidak independen, jadi andaikan ada pustakawan yang mempunyai masalah dengan kariernya, IPI belum dapat berbuat banyak untuk memberi advokasi, dan perlindungan. 

Padahal sudah menjadi anggota dan membayar iuran tiap bulan, namun pengurus tidak tergerak hatinya untuk memberikan pendampingan, apalagi solusi. Semua mencari "aman", dan kesannya ada pembiaran anggota untuk menyelesaikan persoalan sendiri. Artinya solidaritas antar anggota IPI, anggota dengan pengurus belum kuat dan belum merasa "senasib sepenanggungan".

Mudah-mudahan para pustakawan generasi milenial yang mempunyai wawasan kedepan, karena sering studi banding ke berbagai negara dapat lebih memberi "warna" organisasi IPI, sehingga ada kekompakan, solidaritas, kesetiakawanan, merasa senasib sepenanggungan, tumbuh "jiwa" satu korp yang solid diantara pustakawan Indonesia. 

Sakitnya satu anggota pustakawan adalah sakitnya semua anggota, bahagianya satu anggota menjadi kebahagiaan semua anggota. "Satu untuk semua, semua untuk satu", yang kompak, berjuang dan maju bersama dalam persatuan dan kesatuan, dibingkai dalam "Bhineka Tunggal Ika".  Selamat berulang tahun IPI yang ke-45, semoga anggotanya tidak melupakan hari kelahiran setiap tanggal 7 Juli, yang dapat dijadikan sebagai Hari Pustakawan Indonesia, seperti di negara tetangga Malaysia ada peringatan Hari Pustakawan.    

 Yogyakarta, 9 Juli 2018 Pukul 10.10

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun