Halaman belakang yang biasanya gelap, mendadak terang. Bukan padang bulan, melainkan cahaya dari ponsel warga yang menerangi kuburan kecil. Aroma tanah basah bekas galian masih tercium.
"Gantian galinya, biar tidak capek!" seru ketua RT.
Tiga orang warga mulai menggali kembali kuburan mungil tersebut. Ayu hanya menatap penuh kesedihan. Tak ada yang bisa dijelaskan dengan mulut tersumpal. Dia pun tak bisa melakukan apa-apa dengan tangan  diikat.
Belum ada lima menit, seorang penggali berteriak.
"Ini dia mayat bayi yang dikubur si Ayu kejam."Â Â
"Buka! Buka! Buka!"
"Nanti saja di kantor polisi, kita tidak berhak, nanti sidik jari kita jadi saksi, malah-malah kita jadi tersangka," timpal yang lain.
Ayu berontak berusaha melepaskan ikatan, tetapi tali itu cukup kuat. Dia lemah tak berdaya.
"Ayooo .... Giring jahanam itu, lepaskan talinya!" perintah ketua RT.
Seseorang melepaskan ikatan dengan kemarahan. Ayu melempar kain yang ada di mulut mungilnya.
"Dasar bodoh, kalian terhasut. Buka kain pembungkus mayat itu, biar jelas siapa yang ada di dalamnya!" bentak Ayu penuh kekesalan.