Suatu hari saya pernah melihat tanaman singkong di halaman samping puskesmas. Lahannya tidak luas, tetapi bapak tukang kebun pintar merawat sehingga menghasilkan daun yang hijau dan lebat.
Saya tertarik ingin menanam sendiri. Kebetulan halaman belakang cukup ditanami singkong dan lain sebagainya. Selama ini saya sering mendapat kiriman singkong dari ipar, pekerja di sawah. Mereka menanamnya di pinggir pesawahan atau galengan.Â
Pemanfaatan pekarangan akan lebih baik daripada menunggu kiriman. Saya pun berpesan kepada pekerja untuk membawa batang singkong ke rumah jika penen.
Dengan membawa batang singkong dan ditanam ulang di pekarangan, kita sudah mengembangkan benih. Selain itu kita pun turut melestarikan tanaman pangan lokal.Â
Memanfaatkan pekarangan untuk bercocok tanam, kita juga dapat memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga secara lestari.
Cara Memanfaatkan Pekarangan dengan Menanam Singkong
Cara menanam singkong, sepertinya semua bisa karena mudah. Meski demikian, kita harus memperhatikan iklim. Pada umumnya, saat musim hujan sangat cocok untuk bertanam.
Sebelum menanam, penting untuk membersihkan tanah dari rumput. Lebih bagus lagi jika hendak budidaya singkong lahan dibuat bedengan.Â
Ketika memutuskan menanam singkong di pekarangan, bibit saya dapatkan dari pekerja di sawah saat dia mengirim singkong.
Bibit tersebut berasal dari tanaman induk. Mengutip dari Kompas, bibit harus tua, sehat, berumur 10-12 bulan.Â
Sebelum bibit ditanam, baiknya direndam selama 3+4 jam. Air yang digunakan untuk perendaman sudah dicampur dengan pupuk hayati.
Batang singkong untuk bibit dibuat runcing bagian bawahnya agar mudah menanamnya. Setelah penanaman, jangan lupa merawatnya dari gulma dan menyiraminya.
Saya menanam singkong selain ingin mendapat manfaat dari umbinya, juga daunnya. Agar bercabang, saya memetik daunnya dengan cara memangkas. Nantinya dari batang yang dipangkas akan tumbuh cabang.Â