Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Memanfaatkan Pekarangan dengan Menanam Singkong Guna Pemenuhan Pangan Keluarga

20 Oktober 2023   23:16 Diperbarui: 30 Oktober 2023   19:37 815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
umbi singkong(Pexels/Daniel Dan)

"Talasnya sakilo wae, jajal tukange gelem po ra," kata salah seorang pembeli saat saya belanja di warung sayur.

"Tukang ko yo ora gelem digodogne telo," ucapnya lagi. Artinya kurang lebih begini, tukang atau pekerja bangunan yang bekerja di rumah ibu tadi jika disuguhi singkong rebus tidak dimakan. Dia mencoba mau tukangnya dikasih talas. 

"Lho padahal enak lho telo kalih wedang panas." Saya yang sejak tadi menjadi pendengar tak tahan untuk membela panganan umbi-umbian satu ini. Singkong atau sering disebut telo bagi kami makanan yang lezat, apalagi dikukus, lalu digoreng ditaburi keju. Minumannya kopi hitam yang dislep.

Pekarangan yang ditanami pohon singkong. Foto dokpri/Sri RD
Pekarangan yang ditanami pohon singkong. Foto dokpri/Sri RD

Namun, kesukaan kita belum tentu bagi orang lain, soal selera tentunya tak sama. Akan tetapi singkong saat ini populer, karena banyak orang mengonsumsinya sebagai alternatif makanan pokok. 

Singkong sebagai Alternatif Makanan Pokok

Singkong merupakan tanaman umbi-umbian yang tak asing lagi. Banyak masyarakat Indonesia mengonsumsi singkong karena selain rasanya enak juga bisa diolah menjadi makanan lain yang lebih lezat. Misalnya, getuk, keripik, tepung tapioka dan jenis makanan lainnya. 

Tak kalah penting, di masa paceklik, krisis pangan melanda sebagian wilayah di Indonesia, singkong menjadi sumber karbohidrat setelah nasi dan jagung.

Ternyata singkong juga dikonsumsi oleh warga yang mengalami gangguan kadar gula. Orang yang menderita diabetes singkong dijadikan makanan pengganti nasi. Hal ini karena dapat membantu menurunkan kadar gula darah, kadar kolesterol, menurunkan risiko penyakit jantung dan obesitas.

Bukan sekarang saja, singkong menjadi bahan makanan utama. Sejak dulu, umbi-umbian ini sudah populer. Menurut nenek saya, singkong menjadi pengganti nasi dengan cara digaplek agar lebih tahan lama.

Singkong populer bukan saja manfaatnya, tetapi cara penanamannya pun mudah. Kita bisa menanam secara teratur di kebun, pekarangan rumah atau pematang sawah.

Ilustrasi panen singkong. Foto dari shutterstock melalui Kompas, 20/10/2023
Ilustrasi panen singkong. Foto dari shutterstock melalui Kompas, 20/10/2023
Pemanfaatan Pekarangan Rumah

Suatu hari saya pernah melihat tanaman singkong di halaman samping puskesmas. Lahannya tidak luas, tetapi bapak tukang kebun pintar merawat sehingga menghasilkan daun yang hijau dan lebat.

Saya tertarik ingin menanam sendiri. Kebetulan halaman belakang cukup ditanami singkong dan lain sebagainya. Selama ini saya sering mendapat kiriman singkong dari ipar, pekerja di sawah. Mereka menanamnya di pinggir pesawahan atau galengan. 

Pemanfaatan pekarangan akan lebih baik daripada menunggu kiriman. Saya pun berpesan kepada pekerja untuk membawa batang singkong ke rumah jika penen.

Dengan membawa batang singkong dan ditanam ulang di pekarangan, kita sudah mengembangkan benih. Selain itu kita pun turut melestarikan tanaman pangan lokal. 

Memanfaatkan pekarangan untuk bercocok tanam, kita juga dapat memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga secara lestari.

Cara Memanfaatkan Pekarangan dengan Menanam Singkong

Cara menanam singkong, sepertinya semua bisa karena mudah. Meski demikian, kita harus memperhatikan iklim. Pada umumnya, saat musim hujan sangat cocok untuk bertanam.

Sebelum menanam, penting untuk membersihkan tanah dari rumput. Lebih bagus lagi jika hendak budidaya singkong lahan dibuat bedengan. 

Ketika memutuskan menanam singkong di pekarangan, bibit saya dapatkan dari pekerja di sawah saat dia mengirim singkong.
Bibit tersebut berasal dari tanaman induk. Mengutip dari Kompas, bibit harus tua, sehat, berumur 10-12 bulan. 

Sebelum bibit ditanam, baiknya direndam selama 3+4 jam. Air yang digunakan untuk perendaman sudah dicampur dengan pupuk hayati.

Batang singkong untuk bibit dibuat runcing bagian bawahnya agar mudah menanamnya. Setelah penanaman, jangan lupa merawatnya dari gulma dan menyiraminya.

Saya menanam singkong selain ingin mendapat manfaat dari umbinya, juga daunnya. Agar bercabang, saya memetik daunnya dengan cara memangkas. Nantinya dari batang yang dipangkas akan tumbuh cabang. 

Cukup lama kita bisa panen singkong, sekitar 6-8 bulan atau 9-12 bulan untuk varietas tertentu. Saya memanen tidak sekaligus, singkong dicabut secara bertahap ketika hendak mengonsumsi saja, karena terlalu lama di luar singkong akan hitam. 

Setelah mencabutnya singkong siap diolah sesuai selera.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun