Harga diri pada anak juga dipengaruhi dari orang tua, saudara kandung, saudara, guru, dan teman, itu sebabnya harga diri anak hingga dewasa bisa berubah-ubah. Perubahan ini bisa menjadi lebih baik atau buruk tergantung bagaimana orang tua dulu membentuknya.
Untuk membentuk harga diri anak idealnya memang dari keluarga dan sedini mungkin, agar ia bisa menyelesaikan masalahnya ketika menginjak remaja, dewasa.Â
Sebelum membahas tips membentuk harga diri anak, kita kenali dulu yu, ciri-ciri anak yang memiliki harga diri tinggi dan rendah.
Berikut ciri-ciri anak yang memiliki harga diri tinggi dan rendah
Anak atau orang dewasa yang memiliki harga diri tinggi, dia akan lebih bahagia karena selalu berpikir positif. Selain itu, dia juga lebih optimis, lebih mampu beradaptasi dengan situasi dan lebih mudah menangani konflik.
Itu sebabnya anak dengan kepercayaan diri kemungkinan besar, dia akan sukses di kemudian hari. Hal ini diungkap, penulis Dorothy Briggs dalam bukunya, Your Child's Self Esteem, "Harga diri adalah sumber utama yang menopang setiap anak untuk sukses atau gagal sebagai manusia."Â
Tanda-tanda harga diri anak rendah
Ayah bunda, kita mesti waspada jika anak memiliki harga diri yang rendah karena seperti yang ditulis Dorothy mereka akan gagal di masa depan. Berikut tanda anak yang memilki harga diri rendah:Â
- Anak dengan harga diri rendah selalu mengatakan hal-hal negatif tentang diri mereka sendiri, seperti, "Saya bodoh" atau "Saya tidak bisa melakukan apa pun dengan benar."
- Dia juga senang mencoba hal-hal baru, tetapi mudah frustasi, menyerah ketika mereka menghadapi masalah atau hal-hal yang tidak berjalan dengan baik, atau duduk dan menunggu seseorang untuk mengambil alih dan menyelesaikan tugas.
- Ketika hal baru gagal dia akan menganggap kegagalan yang semestinya sementara dianggap sebagai kegagalan permanen. Akibatnya dia pesimis, tidak menemukan solusi atas masalah yang dihadapinya. Misalnya ketika ulangan matematika jelek dia akan menganggap dirinya tidak bisa pelajaran itu dan tidak ada usaha untuk belajar.
- Memiliki sedikit teman, menarik diri secara sosial, atau menghindar dari interaksi sosial.
- Menunjukkan perubahan suasana hati, seperti mudah menangis, sedih, menjadi pendiam, atau meledak-ledak.
Tanda-tanda ini mungkin semua anak mengalaminya, mereka tidak nyaman di awal masuk sekolah. Namun, situasi tersebut dapat berubah karena anak akan terus berkembang. Perubahan bisa menjadi lebih baik atau malah justru buruk. Orang tua lah yang bertugas mengembangkan persepsi anak.
Bagaimana orang tua dapat membantu?
Kembali pada kasus teman anak saya, Lina. Saya katakana pada anak agar memberi tahu Lina untuk fokus pada hal yang lebih penting daripada menangis menanggapi ejekan teman. Misalnya dia rajin belajar sehingga mendapat nilai yang bagus atau mengikuti kegiatan di luar sekolah sehingga mendapat prestasi dari itu.
Kenapa untuk fokus pada hal penting pada diri sendiri? karena kita tidak bisa menghentikan omongan orang. Ketika kita berpotensi, omongan akan berhenti sendiri dan penindas akan malu.