Kasus bullying sering kali terjadi pada anak-anak dan penindas tidak tahu jika menjadi korban bullying itu sangat menghancurkan. Bahkan sering kali menyebabkan depresi, cemas dan harga diri atau self esteem anak rendah.
Saat ini bullying tidak hanya terjadi di kelas, sekolah, taman bermain, rumah, tetapi melalui media sosial pun bisa terjadi.Â
Sebagai contoh, seperti yang diceritakan anak saya, temannya, panggil saja Lina yang sering mendapat ejekan di kelasnya.Â
Lina kerap kali menangis dan mengadu pada anak saya. Selama bertahun-tahun dia mengalami bullying.
Jika bullying terjadi pada anak kita, mungkin kita akan datang ke sekolah, menemui guru BP dan meminta dukungan. Jika anak mendapat bullying lewat media sosial, kita akan membatasi anak bersosial media.
Beres, di sekolah anak bisa saling memaafkan. Namun, benarkah selesai sampai di situ?
Dari intimidasi, ejekan, kita lupa ada yang rusak pada anak yaitu harga dirinya. Anak yang ditindas harga dirinya turun dan tugas orang tualah untuk memelihara dan menumbuhkan harga diri anak kembali.
Apa itu harga diri atau self esteem?
Harga diri atau self esteem adalah pandangan keseluruhan dari individu tentang dirinya sendiri. Itu termasuk pikiran, perasaan, dan keyakinan tentang diri sendiri.
Mengutip dari wikipedia, konsep harga diri sudah ada sejak abad ke-18 dan diungkapkan oleh David Hume, pemikir era pencerahan yang berasal dari Skotlandia.Â
Hume berpendapat, penting untuk menghargai dan berpikir baik tentang diri sendiri karena itu dapat memberi motivasi yang memungkinkan orang untuk mengeksplorasi potensinya.Â
Harga diri erat kaitannya dengan kepercayaan diri yang dibentuk dan dipengaruhi tidak hanya oleh persepsi kita, tetapi juga oleh persepsi orang-orang penting dalam hidup kita.Â