Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Petani, Ibu dari 1 putri, 1 putra

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

6 Tips Membangun "Self Esteem" Anak agar Sukses di Masa Depan

14 Juni 2022   05:20 Diperbarui: 15 Juni 2022   18:21 943
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Orangtua mrmbangun harga diri/self esteem anak agar sukses di masa depan. Foto shutterstock via kompas

Kasus bullying sering kali terjadi pada anak-anak dan penindas tidak tahu jika menjadi korban bullying itu sangat menghancurkan. Bahkan sering kali menyebabkan depresi, cemas dan harga diri atau self esteem anak rendah.

Saat ini bullying tidak hanya terjadi di kelas, sekolah, taman bermain, rumah, tetapi melalui media sosial pun bisa terjadi. 

Sebagai contoh, seperti yang diceritakan anak saya, temannya, panggil saja Lina yang sering mendapat ejekan di kelasnya. 

Lina kerap kali menangis dan mengadu pada anak saya. Selama bertahun-tahun dia mengalami bullying.

Jika bullying terjadi pada anak kita, mungkin kita akan datang ke sekolah, menemui guru BP dan meminta dukungan. Jika anak mendapat bullying lewat media sosial, kita akan membatasi anak bersosial media.

Beres, di sekolah anak bisa saling memaafkan. Namun, benarkah selesai sampai di situ?

Dari intimidasi, ejekan, kita lupa ada yang rusak pada anak yaitu harga dirinya. Anak yang ditindas harga dirinya turun dan tugas orang tualah untuk memelihara dan menumbuhkan harga diri anak kembali.

Apa itu harga diri atau self esteem?

Harga diri atau self esteem adalah pandangan keseluruhan dari individu tentang dirinya sendiri. Itu termasuk pikiran, perasaan, dan keyakinan tentang diri sendiri.

Mengutip dari wikipedia, konsep harga diri sudah ada sejak abad ke-18 dan diungkapkan oleh David Hume, pemikir era pencerahan yang berasal dari Skotlandia. 

Hume berpendapat, penting untuk menghargai dan berpikir baik tentang diri sendiri karena itu dapat memberi motivasi yang memungkinkan orang untuk mengeksplorasi potensinya. 

Harga diri erat kaitannya dengan kepercayaan diri yang dibentuk dan dipengaruhi tidak hanya oleh persepsi kita, tetapi juga oleh persepsi orang-orang penting dalam hidup kita. 

Harga diri pada anak juga dipengaruhi dari orang tua, saudara kandung, saudara, guru, dan teman, itu sebabnya harga diri anak hingga dewasa bisa berubah-ubah. Perubahan ini bisa menjadi lebih baik atau buruk tergantung bagaimana orang tua dulu membentuknya.

Untuk membentuk harga diri anak idealnya memang dari keluarga dan sedini mungkin, agar ia bisa menyelesaikan masalahnya ketika menginjak remaja, dewasa. 

Sebelum membahas tips membentuk harga diri anak, kita kenali dulu yu, ciri-ciri anak yang memiliki harga diri tinggi dan rendah.

Berikut ciri-ciri anak yang memiliki harga diri tinggi dan rendah

Anak atau orang dewasa yang memiliki harga diri tinggi, dia akan lebih bahagia karena selalu berpikir positif. Selain itu, dia juga lebih optimis, lebih mampu beradaptasi dengan situasi dan lebih mudah menangani konflik.

Itu sebabnya anak dengan kepercayaan diri kemungkinan besar, dia akan sukses di kemudian hari. Hal ini diungkap, penulis Dorothy Briggs dalam bukunya, Your Child's Self Esteem, "Harga diri adalah sumber utama yang menopang setiap anak untuk sukses atau gagal sebagai manusia." 

Ilustrasi anak yang dimarahi ketika melakukan kesalahan. Foto via  Maltatoday
Ilustrasi anak yang dimarahi ketika melakukan kesalahan. Foto via  Maltatoday

Tanda-tanda harga diri anak rendah

Ayah bunda, kita mesti waspada jika anak memiliki harga diri yang rendah karena seperti yang ditulis Dorothy mereka akan gagal di masa depan. Berikut tanda anak yang memilki harga diri rendah: 

  1. Anak dengan harga diri rendah selalu mengatakan hal-hal negatif tentang diri mereka sendiri, seperti, "Saya bodoh" atau "Saya tidak bisa melakukan apa pun dengan benar."
  2. Dia juga senang mencoba hal-hal baru, tetapi mudah frustasi, menyerah ketika mereka menghadapi masalah atau hal-hal yang tidak berjalan dengan baik, atau duduk dan menunggu seseorang untuk mengambil alih dan menyelesaikan tugas.
  3. Ketika hal baru gagal dia akan menganggap kegagalan yang semestinya sementara dianggap sebagai kegagalan permanen. Akibatnya dia pesimis, tidak menemukan solusi atas masalah yang dihadapinya. Misalnya ketika ulangan matematika jelek dia akan menganggap dirinya tidak bisa pelajaran itu dan tidak ada usaha untuk belajar.
  4. Memiliki sedikit teman, menarik diri secara sosial, atau menghindar dari interaksi sosial.
  5. Menunjukkan perubahan suasana hati, seperti mudah menangis, sedih, menjadi pendiam, atau meledak-ledak.

Tanda-tanda ini mungkin semua anak mengalaminya, mereka tidak nyaman di awal masuk sekolah. Namun, situasi tersebut dapat berubah karena anak akan terus berkembang. Perubahan bisa menjadi lebih baik atau malah justru buruk. Orang tua lah yang bertugas mengembangkan persepsi anak.

Bagaimana orang tua dapat membantu?

Kembali pada kasus teman anak saya, Lina. Saya katakana pada anak agar memberi tahu Lina untuk fokus pada hal yang lebih penting daripada menangis menanggapi ejekan teman. Misalnya dia rajin belajar sehingga mendapat nilai yang bagus atau mengikuti kegiatan di luar sekolah sehingga mendapat prestasi dari itu.

Kenapa untuk fokus pada hal penting pada diri sendiri? karena kita tidak bisa menghentikan omongan orang. Ketika kita berpotensi, omongan akan berhenti sendiri dan penindas akan malu.

Perubahan besar sebenarnya bukan dari teman. Sekuat apapun teman memberi motivasi untuk Lina, jika keluarga dan diri Lina sendiri abai, ya percuma. 

Ilustrasi orangtua diskusi dengan anak agar dia memiliki harga diri tinggi. Foto via kompas
Ilustrasi orangtua diskusi dengan anak agar dia memiliki harga diri tinggi. Foto via kompas

Berikut ini adalah cara yang dapat kita lakukan untuk meningkatkan harga diri atau self -esteem:

Pertama, dengarkan, akui pikiran dan perasaan anak

Seperti yang sering saya katakan jika anak memiliki perasaan negatif, jangan dimarahi, akui, dengarkan keluh kesahnya. 

Ketika anak merasa nyaman curhat dengan orang tua, dia akan mendengarkan solusi selanjutnya. Dia pun tidak mencari pelarian atas pikirannya yang kacau.

Kedua, perkenalkan dan dorong anak untuk menemukan minat 

Melakukan aktivitas yang disukai anak sangat penting agar dia nyaman melakukannya, tidak ada paksaan. 

Untuk menemukan minat anak, kita bisa bertanya pada guru BP atau dari sehari-hari pun sudah diketahui, minat anak itu apa. 

Orang tua pun bisa mendorong anak untuk ikut kegiatan ekstrakurikuler yang bisa dilakukan setelah pulang sekolah, misalnya olahraga, bermain musik, menggambar, menari dan masih banyak lagi.

Ketiga, pujian untuk usaha, fokus pada proses bukan hanya hasil

Ini yang mungkin lebih berat karena pada umumnya anak akan fokus pada hasil. Ketika sudah usaha tidak mendapat hasil yang tidak memuaskan, anak kecewa. Orang tua harus lebih giat memberi dukungan.

Keempat, beri mereka ruang untuk mencoba, mengambil risiko, membuat pilihan, dan memecahkan masalah

Anak berani mencoba hal baru, berani ambil risiko, dan menyelesaikan masalah akan meningkatkan kepercayaan dirinya ketika berhasil. 

Namun, jika melakukan kesalahan, biar mereka belajar dari kesalahan. Kita sekadar memberi dorongan dan umpan balik positif untuk membantu mereka belajar bertahan dengan sesuatu sampai selesai.

Mencoba sesuatu bukan saja soal kegiatan sekolah, tetapi beri kesempatan anak untuk melakukan pekerjaan rumah tangga, seperti menyapu, mencuci piring, siram tanaman dan lain-lain.

Kelima, sesuaikan usia

Anak mencoba sesuatu yang baru tentu disesuaikan dengan usianya. Anak usia 3 tahun tidak mungkin kita mengajari memasak atau kerajinan tangan. 

Keenam, berikan contoh yang baik dengan memelihara harga diri kita

Seperti pepatah mengatakan bahwa anak adalah peniru ulung. Untuk itu kita harus menjaga kepercayaan diri sendiri.  Ciptakan dan pelihara lingkungan rumah yang aman di mana anak merasa dicintai. 

Keenam tips di atas bukan satu-satunya cara dalam mengembangkan harga diri anak. Masih banyak lagi tips yang bisa dilakukan orang tua. Namun, pada intinya, perubahan, kebaikan berawal dari kita sendiri, baru menular ke anak.

Semoga bermanfaat, terima kasih telah membaca

Bahan bacaan 1 dan 2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun