Anak belajar mengemudi itu sebentar, lima kali belajar di jalan sudah lancar, yang susah itu membiasakan anak menghargai orang lain. Kita tahu jalan itu bukan milik nenek atau orang tua, ada banyak pengguna dan aturan lalu lintas. Di sini anak harus bisa menghargai pengguna jalan yang lain. Pembiasaan menghargai orang lain harus diterapkan sejak kecil.
Keempat, edukasi cukup
Banyak remaja bisa mengemudi secara otodidak, tanpa kursus mengemudi, sehingga dia tidak tahu aturan mengemudi. Kurangnya edukasi ini menurut Marcell, rentan mengalami kecelakaan.
Anak saya belajar mengemudi bukan dari les privat di sebuah lembaga. Ayahnya mengajari di lapangan dua kali, dua kali di jalan raya desa dan lima kali di jalan provinsi. Selama belajar, ayahnya memberi edukasi detail.
Setelah empat hal di atas terpenuhi, barulah kami mengizinkan dia membuat SIM A.
Untuk menjaga keselamatan saat mengemudi, saya pun memberi saran untuk menjaga kesehatan, merawat kendaraan secara berkala. Selain itu, ada juga larangan yakni ;
Tidak mengemudi di bawah pengaruh teman
Anak dilarang mengemudi di bawah pengaruh teman artinya saya melarang dia membawa mobil dengan teman-temannya.
Menurut beberapa sumber, data kecelakaan menunjukkan bahwa mengemudi dengan teman sebaya meningkatkan resiko fatal bagi remaja, terutama laki-laki.
Saya menyakini hal tersebut, karena, ketika bersama teman-teman, remaja putri atau laki-laki akan lepas kendali. Budaya ngebut sepertinya sudah disetujui oleh teman-temannya, mereka asyek tanpa memikirkan resiko.
Perilaku ngebut yang dilakukan remaja juga bukan pengaruh dari teman saja, tetapi, remaja terkadang berpikir salah. Mereka berpikir masa remaja adalah masa saat kesehatan fisik prima, sehingga ngebut adalah pilihan tepat. Mereka juga mengabaikan resiko pada saat mengemudi.Â