Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Maulid Nabi: Bagaimana Orangtua Memperkenalkan Nabi Muhammad Saw kepada Anak-anak?

20 Oktober 2021   10:14 Diperbarui: 20 Oktober 2021   11:06 1024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nabi Muhammad saw., lahir pada 12 Rabiul Awal tahun 570 M di Makkah. Umat Islam mengenalnya dengan Maulid Nabi dan identik dengan peringatan sebagai bentuk kecintaan.

Sebenarnya tradisi Maulid tidak hanya diperingati pada tanggal tersebut saja. Umat Islam yang sangat mencintai Nabi akan memperingati momen agung ini setiap hari. Seperti dengan banyak membaca shalawat, menjaga lidah dan tangan juga melaksanakan sunnah Rasul. 

Namun, ekspresi kecintaan saat Maulid akan berbeda dibandingkan sehari-hari, mungkin dalam keseharian kita sering alpa. Saat memperingati Maulid, kita bisa bertafakur mengukur, apa yang telah kita lakukan. Kita juga bisa merenungkan sudahkan mewariskan teladan kepada anak-anak?

Tradisi Maulid Nabi

Peringatan Maulid Nabi diwujudkan dengan berbagai macam acara. Ketika kecil dulu, Bapak saya sering mengadakan lomba untuk anak-anak, seperti, lomba baca Al-Qur'an, puisi, kaligrafi, azan dan sebagainya.

Anak-anak sangat antusias mengikutinya, karena selain ada hadiahnya, juga sebagai edukasi agama. Hadiah sebenarnya untuk rangsangan saja supaya anak-anak bertambah rajin ibadahnya.

Setelah pensiun dari guru agama di madrasah tsanawiyah, beliau masih aktif mengadakan lomba di masjid depan rumah. Tak jarang anak-anaknya termasuk saya, harus kebagian membeli hadiah, walaupun nilainya kecil, tetapi, bisa menambah dana yang sudah ada dari para donatur.

Sekarang, sejak saya tinggal di desa ini, tidak pernah lagi menyaksikan perlombaan Maulid Nabi. Namun, peringatan dalam bentuk lain, seperti shadaqohan di masjid, pembacaan barzanji yakni membaca riwayat Nabi.

Setiap daerah memiliki cara yang berbeda dalam memperingati Maulid Nabi. Madura memiliki tradisi Muludhen. Masyarakat Minang memiliki tradisi Bungo Lado, warga muslim membuat pohon uang baik dari uang kertas atau loga.  

Warga Kudus mempunyai tradisi Kirab Ampyang, warga membuat nasi kepal terbungkus daun jati, diberi lauk. Lalu disusun dalam bentuk gunungan. Kemudian dibagikan di halaman Masjid Wali At-Taqwa, desa Loram Kulon. Keragaman tersebut tidak mengurangi rasa kecintaan terhadap Rasulullah.

Melansir dari NU.onine,  Prof Quraish Shihab, Ahli Tafsir Al-Qur'an mengungkapkan bahwa, "Maulid Nabi dirayakan dengan cara meriah baru dilaksanakan pada zaman Dinasti Abbasiyah, khususnya pada masa kekhalifahan Al-Hakim Billah. Tujuannya untuk memperkenalkan Nabi Muhammad saw., kepada setiap generasi. Kenal adalah pintu untuk mencintai. Sehingga dengan mengenal Nabi Muhammad saw., maka umat Muslim bisa mencintainya."

Cara orang tua memperkenalkan Nabi

Anak-anak wajib kenal siapa sosok panutan dalam agamanya, sebagai pegangan dalam bertingkah laku, bertutur. Namun, bukan pada saat memperingati Maulid saja. Orang tua bisa dengan cara lain, supaya teladan itu melekat.

1. Membacakan kisah sejak kecil

Anak-anak sebelum bisa membaca akan mudah memahami dengan cara mendengarkan. Orang tua memiliki kewajiban membacakan, ada banyak buku kisah Nabi bisa dibeli di toko buku. Setelah anak-anak bisa duduk, selain membacakan, kita juga bisa memperlihatkan gambar atau cerita bergambar.

2. Menonton kisah sejak kecil

Anak lahir dari zaman handphone, banyak sekali film yang bisa diakses di media sosial. Ibu cerdas tidak akan membiarkan anak menonton film tidak bermanfaat sendirian. Sebenarnya ini kesempatan ibu untuk memperkenalkan tontonan berupa kisah Nabi sebagai tauladan. Ada banyak chanel You Tube yang menyajikan kisah Nabi.

3. Mencontoh dalam kehidupan sehari-hari

Orang tua menghendaki anak menjadi anak saleh, mencontoh Nabi, tentu diawali dari melihat, mencontoh orang tuanya terlebih dahulu. Selain itu anak-anak juga harus berada dalam lingkungan baik, bermula dari orang-orang terdekat, kerabat.  Orang tua jangan kaget atau ngambek jika anak tidak tahu cara bertutur sopan, menjadi anak pelit. Sudahkah sebagai orang tua bertutur dengan baik? Sudahkah memberi contoh kebaikan kepada anak-anak?

Ini pekerjaan rumah bagi orang tua, mari kita belajar bersama untuk menjadi sosok yang dicontoh oleh anaknya. Maulud Nabi bisa kita manfaatkan untuk mengubah diri sendiri demi generasi yang serasi.

Selamat Maulid Nabi Muhammad saw., Sahabat semuanya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun