Nabi Muhammad saw., lahir pada 12 Rabiul Awal tahun 570 M di Makkah. Umat Islam mengenalnya dengan Maulid Nabi dan identik dengan peringatan sebagai bentuk kecintaan.
Sebenarnya tradisi Maulid tidak hanya diperingati pada tanggal tersebut saja. Umat Islam yang sangat mencintai Nabi akan memperingati momen agung ini setiap hari. Seperti dengan banyak membaca shalawat, menjaga lidah dan tangan juga melaksanakan sunnah Rasul.Â
Namun, ekspresi kecintaan saat Maulid akan berbeda dibandingkan sehari-hari, mungkin dalam keseharian kita sering alpa. Saat memperingati Maulid, kita bisa bertafakur mengukur, apa yang telah kita lakukan. Kita juga bisa merenungkan sudahkan mewariskan teladan kepada anak-anak?
Tradisi Maulid Nabi
Peringatan Maulid Nabi diwujudkan dengan berbagai macam acara. Ketika kecil dulu, Bapak saya sering mengadakan lomba untuk anak-anak, seperti, lomba baca Al-Qur'an, puisi, kaligrafi, azan dan sebagainya.
Anak-anak sangat antusias mengikutinya, karena selain ada hadiahnya, juga sebagai edukasi agama. Hadiah sebenarnya untuk rangsangan saja supaya anak-anak bertambah rajin ibadahnya.
Setelah pensiun dari guru agama di madrasah tsanawiyah, beliau masih aktif mengadakan lomba di masjid depan rumah. Tak jarang anak-anaknya termasuk saya, harus kebagian membeli hadiah, walaupun nilainya kecil, tetapi, bisa menambah dana yang sudah ada dari para donatur.
Sekarang, sejak saya tinggal di desa ini, tidak pernah lagi menyaksikan perlombaan Maulid Nabi. Namun, peringatan dalam bentuk lain, seperti shadaqohan di masjid, pembacaan barzanji yakni membaca riwayat Nabi.
Setiap daerah memiliki cara yang berbeda dalam memperingati Maulid Nabi. Madura memiliki tradisi Muludhen. Masyarakat Minang memiliki tradisi Bungo Lado, warga muslim membuat pohon uang baik dari uang kertas atau loga. Â
Warga Kudus mempunyai tradisi Kirab Ampyang, warga membuat nasi kepal terbungkus daun jati, diberi lauk. Lalu disusun dalam bentuk gunungan. Kemudian dibagikan di halaman Masjid Wali At-Taqwa, desa Loram Kulon. Keragaman tersebut tidak mengurangi rasa kecintaan terhadap Rasulullah.
Melansir dari NU.onine, Â Prof Quraish Shihab, Ahli Tafsir Al-Qur'an mengungkapkan bahwa, "Maulid Nabi dirayakan dengan cara meriah baru dilaksanakan pada zaman Dinasti Abbasiyah, khususnya pada masa kekhalifahan Al-Hakim Billah. Tujuannya untuk memperkenalkan Nabi Muhammad saw., kepada setiap generasi. Kenal adalah pintu untuk mencintai. Sehingga dengan mengenal Nabi Muhammad saw., maka umat Muslim bisa mencintainya."
Cara orang tua memperkenalkan Nabi
Anak-anak wajib kenal siapa sosok panutan dalam agamanya, sebagai pegangan dalam bertingkah laku, bertutur. Namun, bukan pada saat memperingati Maulid saja. Orang tua bisa dengan cara lain, supaya teladan itu melekat.
1. Membacakan kisah sejak kecil