Seperti yang terjadi pada anak saya, ketika memegang gelas yang panas, gelas itu jatuh, pecah. Kejadian tersebut bisa terjadi pada orang dewasa. Mungkin saja airnya terlalu penuh dan panas atau berjalan terlalu cepat. Masuk akal bukan? Kenapa harus ngomel-ngomel.
Banyak anak yang memiliki sifat sensitif, ketika mendapat koreksi atau arahan, dia menganggap itu sebagai dakwaan. Hal itu memicu mereka merasa malu, apalagi jika di depan umum, bukan malu lagi, tetapi merasa dipermalukan. Untuk menghentikan omelan orang tua, anak akan tertawa, berbalik arah atau melarikan diri, dan menutup telinga.
Apa yang harus dilakukan orang tua dengan anaknya yang sensitif?
Anak bungsu saya termasuk anak yang sensitif, saya sempat dibingungkan dengan tingkah lakunya. Ketika saya bertanya, apa yang ia inginkan ketika melakukan kecerobohan? Dia katakan, "Mamah jangan ngomel, aku tahu, itu salah."
Saya harus menahan diri tidak mengomel, jika ingin mengomel saya ngomel di laptop sendiri, heheh ...
Claire Lerner, LCSW-C , seorang pakar perkembangan dan pengasuhan anak memberi strategi dalam menghadapi anak yang sensitif.
Pertama, abaikan
Ketika anak mendapat arahan, dia tertawa, menjulurkan lidah, menutup telinganya, abaikan saja. Jika kita bertanya mengapa melakukan itu, dia juga tidak tahu, kenapa melakukannya. Jangan pula memaksa anak untuk menatap kita jika mereka berpaling, memaksanya akan ada perang perebutan kekuasaan.
Kedua, diskusi
Kita mengabaikan bukan berarti tidak peduli, mengajarkan kebaikan saat anak marah tidak akan hasilnya. Setelah anak tenang, diskusikan perilakunya tanpa menghakimi atau mempermalukannya.
Contohnya mulai dengan pertanyaan, "Tadi kenapa tehnya tumpah?" Setelah anak menceritakan sebabnya, bisa kita sampaikan cara memegang gelas, duduk yang manis di meja makan. Saya yakin dengan diskusi seperti ini, kecerobohan tidak akan terulang lagi.