Ketika mengalami hal-hal baru pada tubuhnya, mereka akan lebih senang diskusi dengan temannya. Misalnya Ani, ketika ditembak Arby yang ganteng, katanya mirip Ozy, curhat ke temannya, temannya akan memberi saran, "Terima saja, eman-eman, Arby kan ganteng, mirip Ozy." Namun Ani bingung, "Ozy yang mana, aku gak kenal!"Â Kenal tidak kenal sama Ozy, Ani tetap menerima cinta Arby.Â
Namun, jika Ani curhat ke Najwa, Najwa akan bilang, "Jangan, kita belajar saja, sebentar lagi ujian."
Dalam situasi ini orangtua hendaknya tahu, kapan anak mulai jatuh cinta, bagaimana mengarahkannya dan memberi pemahaman tentang pacaran. Usia pra-remaja masih membutuhkan solusi tepat dari orangtua.
Sebagai orangtua harus bagaimana?
Setiap keluarga memiliki pandangan yang berbeda tentang pacaran, misalnya orangtua Mei mungkin memperbolehkan anaknya pacaran dengan sehat. Orangtua Ani bisa saja melarang, tetapi Ani sembunyi-sembunyi. Orangtua Fulan melarang, tetapi Fulan nekat. Saya melarang dengan alasan-alasan yang bisa diterima Najwa.
1. Orangtua menjadi sahabat
Banyak orang mengatakan, "Jadilah teman untuk anak!" menjadi teman saja tidak cukup. Kita harus bisa menjadi sahabatnya, anak akan nyaman bercerita apa saja, sama seperti dia curhat ke sahabatnya di sekolah. Misalnya ibunya Fulan, dia tidak perlu ngelabrak Fani. Kalau komunikasi ibunya Fulan dengan anaknya lancar, dia akan nasehati Fulan.
Pada dasarnya tahap pra-remaja, anak-anak masih merindukan batasan dan bimbingan dari orangtua untuk membuat pilihan yang baik.
2. Jalan dengan anak
Banyak anak pra-remaja yang malu jika jalan dengan orangtuanya, dia lebih memilih jalan, nge-mall, nongkrong dengan teman-temannya. Kita bisa melakukan itu semua dengan anak, tetapi, tidak secara tiba-tiba. Jalan, makan di kafe dengan anak harus dibiasakan sejak kecil.Â
Namun, untuk waktu-waktu tertentu, izinkan anak jalan dengan teman-temannya. Biasanya, saya akan mengizinkan jika liburan sekolah, itu pun saya mengenal semua teman-temannya. Jika main di rumah temannya, saya tahu rumah, orangtua temannya.Â
Baca juga :Â Empat prinsip penting orangtua menjadi pelatih anaknya
Kesimpulannya, pacaran pada usia pra-remaja, remaja, tergantung dari value keluarga, kalau value pacaran untuk menikah, jangan diizinkan pacaran. Masa pra-remaja itu sebentar, kita jangan lewatkan setiap tahap perkembangan anak.Â
Salam bahagia.
***