Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ibu rumah tangga suka cerita, Petani, Pengusaha (semua lagi diusahakan)

People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Sikap Orangtua Supaya Anak Terhindar Cinta Segitiga Saat Pra-remaja

11 Agustus 2021   17:34 Diperbarui: 17 Agustus 2021   14:34 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | Pexels,com/RODANE Production

Ketika mengalami hal-hal baru pada tubuhnya, mereka akan lebih senang diskusi dengan temannya. Misalnya Ani, ketika ditembak Arby yang ganteng, katanya mirip Ozy, curhat ke temannya, temannya akan memberi saran, "Terima saja, eman-eman, Arby kan ganteng, mirip Ozy." Namun Ani bingung, "Ozy yang mana, aku gak kenal!" Kenal tidak kenal sama Ozy, Ani tetap menerima cinta Arby. 

Namun, jika Ani curhat ke Najwa, Najwa akan bilang, "Jangan, kita belajar saja, sebentar lagi ujian."

Dalam situasi ini orangtua hendaknya tahu, kapan anak mulai jatuh cinta, bagaimana mengarahkannya dan memberi pemahaman tentang pacaran. Usia pra-remaja masih membutuhkan solusi tepat dari orangtua.

Ilustrasi anak dan ibunya (dokumen shutterstock via suara.com)
Ilustrasi anak dan ibunya (dokumen shutterstock via suara.com)
Sebagai orangtua harus bagaimana?

Setiap keluarga memiliki pandangan yang berbeda tentang pacaran, misalnya orangtua Mei mungkin memperbolehkan anaknya pacaran dengan sehat. Orangtua Ani bisa saja melarang, tetapi Ani sembunyi-sembunyi. Orangtua Fulan melarang, tetapi Fulan nekat. Saya melarang dengan alasan-alasan yang bisa diterima Najwa.

1. Orangtua menjadi sahabat

Banyak orang mengatakan, "Jadilah teman untuk anak!" menjadi teman saja tidak cukup. Kita harus bisa menjadi sahabatnya, anak akan nyaman bercerita apa saja, sama seperti dia curhat ke sahabatnya di sekolah. Misalnya ibunya Fulan, dia tidak perlu ngelabrak Fani. Kalau komunikasi ibunya Fulan dengan anaknya lancar, dia akan nasehati Fulan.

Pada dasarnya tahap pra-remaja, anak-anak masih merindukan batasan dan bimbingan dari orangtua untuk membuat pilihan yang baik.

2. Jalan dengan anak

Banyak anak pra-remaja yang malu jika jalan dengan orangtuanya, dia lebih memilih jalan, nge-mall, nongkrong dengan teman-temannya. Kita bisa melakukan itu semua dengan anak, tetapi, tidak secara tiba-tiba. Jalan, makan di kafe dengan anak harus dibiasakan sejak kecil. 

Namun, untuk waktu-waktu tertentu, izinkan anak jalan dengan teman-temannya. Biasanya, saya akan mengizinkan jika liburan sekolah, itu pun saya mengenal semua teman-temannya. Jika main di rumah temannya, saya tahu rumah, orangtua temannya. 

Baca juga : Empat prinsip penting orangtua menjadi pelatih anaknya

Kesimpulannya, pacaran pada usia pra-remaja, remaja, tergantung dari value keluarga, kalau value pacaran untuk menikah, jangan diizinkan pacaran. Masa pra-remaja itu sebentar, kita jangan lewatkan setiap tahap perkembangan anak. 

Salam bahagia.

***

Terinspirasi dari pra-remaja pacaran

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun