Itu artinya teman kita menunjukkan bahwa jika kita merasakan kesedihan, maka itu kesalahan kita sendiri karena tidak memilih untuk bahagia.
Apa ItuToxic positivity adalah kondisi ketika seseorang menuntut dirinya sendiri atau orang lain untuk selalu berpikir dan bersikap positif serta menolak emosi negatif.
Emosi negatif, seperti perasaan sedih, kecewa, takut, khawatir ada pada manusia secara natural. Namun, bagi orang yang terjebak toxic positivity emosi negatif tidak boleh terjadi.Â
Mereka tidak bisa mendengarkan cerita kita tentang perjuangan, kesedihan, kekecewaan. Dia akan menganggap itu biasa saja, tidak ada pengaruhnya, yang penting hidup lempeung saja.
Kita juga berharap hidup baik-baik saja. Masalahnya, hidup tidak selamanya bahagia, kadang ada hal-hal yang menyakitkan. Jika emosi negatif ditahan, justru akan berbahaya bagi kesehatan.
Toxic Positivity Berbahaya
Toxic positivity dapat membahayakan orang-orang yang sedang melalui masa-masa sulitnya. Apalagi jika teman bicara sering memojokkan. Alih-alih kita semangat, malah semakin depresi.
Seperti Ratih, berbicara kepada bapaknya, bukannya dapat dukungan, dia malah merasa diabaikan.Â
Ratih tidak membutuhkan simpati tetapi empati. Hanya bapaknya tidak tahu bagaimana cara berempati yang tepat.
Orang yang mendapat perlakuan toxic positivity seperti Ratih, dia akan tertutup, tidak mau bercerita hal buruk kepada orang lain bahkan keluarganya. Dia pura-pura kuat padahal rapuh, ada trauma pada dirinya.