Selain tentang ideologi, kita juga harus menghargai semua pilihannya dalam bentuk apapun. Sahabat ingin melakukan sesuatu yang kita sendiri tidak bisa melakukannya, contohnya, sahabat masuk ke club renang, tugas kita adalah mendukung aktivitas dan keputusannya. Begitu juga sebaliknya, kita bisa mengatakan kepada sahabat untuk mendukung aktivitas kita.
Keenam, Â Memisahkan Emosi dan Kesejahteraan Diri Sendiri
Sahabat adalah tempat mencurahkan segala suka dan duka, semua emosi dan rasa. Kita boleh saja menjadi pendengar setia dan berempati, mendukung, membantu terhadap masalahnya. Namun, ada pemisahan batasan emosi dalam hal ini. Kita tidak boleh terbawa emosi, emosi dia jangan dibawa ke dalam kehidupan keluarga kita terutama pasangan.
Misalnya, sahabat kita bercerita tentang masalah dengan suaminya yang sering berantem. Pasangannya selingkuh dan ada timbul ketidak percayaan terhadap pasangan. Kita boleh saja menyimak, menghibur, memberi nasihat kepada sahabat kita. Namuan, emosi dia yang kehilangan kepercayaan kepada pasangan, tidak boleh di bawa ke dalam kehidupan nyata kita di rumah. Jika terbawa, kondisi rumah tangga yang tadinya adem anyem akan ikut terbawa tidak nyaman.
Ketujuh, Berani untuk Mengatakan Ya dan Tidak
Memang sangat sulit mengatakan tidak jika sahabat meminta bantuan. Namun, tidak mungkin kita akan selalu bilang ya. Jika ajakan atau pertolongan yang terasa sulit, kita harus berani berkata tidak. Kita tahu kapan waktunya untuk menolak dengan sopan. Bertindak pasif atau diam adalah tanda-tanda bahaya dalam persahabatan.
Jika sahabat tidak bisa menghargai batasan-batasan dalam hubungan persahabatan, dan mungkin harus pisah. Iklaskan, karena sahabat sejati adalah pasangan dan keluarga.
Semoga bermanfaat
Salam Persahabatan,
Sri Rohmatiah
Bahan bacaan:
Bustle/By Natalia Lusinski, 2019
kepojepang.com