Tidak terasa kita sudah berada di ujung tahun 2020. Banyak harapan yang tertunda bahkan punah. Kecewa? Tentu. Tetapi, itu dulu. Kekecewaan jangan menjadikan kita lebih terpuruk atau defresi. Kekecewaan, sikapi dengan positif, karena sepanjang tahun 2020 banyak hikmah dan pelajaran yang bisa diambil.
Sepanjang perjalanan, jika dijalani dengan keluh kesah, bukannya mendapat berkah, tetapi, hidup dipenuhi amarah, perjalanan tanpa arah. Bagaimana kita bisa menyambut 2021 jika anak panah lepas? Harapan ke depan pun punah.
Berharap sah-sah saja. Namun, tempatkan harapan sewajarnya, sehingga ketika kenyataan tidak sesuai ekspektasi, kekecewaan juga sewajarnya saja.
Tahun 2020, aku sudah menyusun event besar yaitu pameran tunggal di Yogya, pameran pelukis Jawa Bali di hotel Aston Madiun. Keliling Indonesia, mengajak anak-anak keliling Eropa, satu lagi yaitu umroh bareng anak-anak. Besar sekali keinginannya? Ini harapan atau halu?
Apapun namanya, harapan, halusinasi, atau mimpi. Semua tertulis adalah doa. Sama seperti yang sering aku tulis sepanjang tahun 2020. Itu bukan karena aku pinter nulis atau mendadak jadi baik, tapi doa-doa yang ingin terkabul.
Di tengah Pandemi yang tidak tahu kapan berakhir, aku mengenal namanya dunia menulis. Pak Cahyadi Takariawan sebagai guru para penulis mengajari berbagai hal termasuk memperkenalkan kepada kompasiana. Paket yang komplit, kompasiana menjadi tempat doa-doa itu tertulis.
Apa sih harapanku di tahun 2021? Seperti yang telah aku katakan, harapan sewajarnya saja. Kalau temanku bilang, "Berharap boleh, tapi ngaca dulu!"
NGACA, akhir tahun dapat kata-kata yang sangat berfaedah, mengingatkan siapa diriku sebenarnya. Ya ... aku hanya manusia biasa, yang selalu berusaha menjadi lebih baik.
Lebih baik itu menjadi resolusi tahun 2021. Lantas resolusi Anda apa? Ayooo kita buat perencanaan untuk tahun 2021.
Aku bahas apa kata temanku, "NGACA."
Ngaca artinya bercermin, maksud yang aku tangkap adalah, jika aku berharap ingin jalan-jalan di masa Pandemi, jangan deh. Karena melihat situasi dan kondisi sedang tidak memungkinkan. Bercermin juga aku artikan, lihat kemampuan saat ini, hanya bisa jalan-jalan dekat rumah. Jadi berharap keliling Eropa boleh-boleh saja, harapan sebagai pemicu untuk bekerja lebih giat.
Ingat kata Snyder (Carr, 2004:90), harapan adalah kemampuan untuk merencanakan jalan keluar dalam upaya mencapai tujuan walaupun adanya rintangan, dan menjadikan motivasi sebagai suatu cara dalam mencapai tujuan.
Jadi aku abaikan saja pesan singkat temanku itu tentang ngaca, jangan menyibukkan diri dengan hal-hal remeh. Kita ambil positifnya dan fokus membuat resolusi untuk tahun 2021.
Dr. Paul Marciano, seorang penulis buku Carrots and Sticks Don't Work, menyampaikan 7 cara untuk mewujudkan resolusi tahun baru yang realistis.
https://www.motherandbaby.co.id/article/2018/1/17/9003/7. Silahkan teman-teman ngintip caranya.
Aku tertarik dengan satu hal yakni SMART: spesifik, measured (terukur), achievable (dapat dicapai), relevan, dan time (terikat waktu). Jadi, langkah pertama untuk menghadapi perubahan dan melakukannya adalah dengan menjelaskan hal yang ingin Anda capai dengan rinci.
Dr. Paul dengan tegas percaya bahwa mencapai tujuan bukan hanya soal tekad. Tetapi bagaimana kita mampu mengembangkan keterampilan dan strategi yang tepat. Hanya dengan kesabaran.
Menyambut tahun 2021 perbanyak sabar, karena Pandemi belum pasti kapan berakhir, sementara anak-anak sudah pasti masuk sekolah pada semester genap. Semoga kabar ditemukan vaksin juga itu suatu kepastian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H