Menurut Luwis Coser seorang sosiologi, konflik tidak selamanya bersifat negatif, tetapi, konflik dapat pula menimbulkan dampak yang positif bagi berlangsungnya tatanan masyarakat. Dalam hal ini Coser berpegang pada pandangan kontemporer, di mana konflik merupakan salah satu bentuk interaksi dan tidak perlu dihindari keberadaannya. Coser bermaksud bahwa konflik tidak harus merusakkan. Karena konflik bisa juga menimbulkan suatu konsekuensi yang bersifat positif dan logis.
Sebagai contoh konflik yang bersifat positif. Ketika kita berada dalam sebuah kompetisi, perlombaan, persaingan. Secara tidak sadar kita sudah menciptakan konflik positif guna mendapatkan nilai atau juara kelas.
Contoh lain ketika kita berada dalam kelas menulis online, kita berada dalam ruang pembelajaran. Semua belajar menulis, tidak ada yang dikatakan mahir. Tanpa disadari dengan adanya komentar yang bagus terhadap satu pihak dan komentar tidak enak terhadap pihak lain, akan menimbulkan konflik. Namun, dengan terciptanya konflik yang diolah menjadi positif, kita tetap akan produktif mengahsilkan karya. Kita akan mengabaikan jika tidak mendapat ucapan keren, like, ataupun sambutan baik.
Pada konflik yang bersifat negatif, bisa kita lihat pada hasil akhir dari kompetisi yang tidak sesuai dengan harapan, seperti tawuran antar pendukung. Konflik semacam ini sangat merugikan diri sendiri, masyarakat. Oleh sebab itu sudah semestinya dihindari konflik yang bersifat negatif.
Â
Bahan Bacaan:
Takariawan Cahyadi , Konflik, 2020
https://www.sosiologi.info/2019/12/teori-konflik-menurut-perspektif-lewis-coser.html/Desember2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H