Ada hikmah luar biasa lainnya yaitu saya belajar untuk mengatur keuangan sendiri. Saya bersyukur di sana saya dipercaya untuk mengajar bimbel dan mendapat upah yang lumayan untuk uang saku. Dari situ saya belajar untuk berhemat dan tidak menghambur-hamburkan uang  yang saya miliki.
Pengalaman tiga tahun hidup di asrama merupakan pengalaman yang tidak akan terlupakan. Selama tiga tahun di sana banyak hal yang saya dapatkan. Mulai dari belajar mengaji, disiplin dan belajar untuk melakukan semuanya sendiri. Hal ini tentu bisa menjadi bekal untuk hidup di masa depan.Â
Meski awalnya saya sedih, namun setelah dewasa ini saya menyadari bahwa tiga tahun di sana merupakan bagian hidup  yang begitu bermakna.Â
Saya belajar tentang kesederhanaan, kebersamaan dan persahabatan. Sebuah hal yang mungkin sangat sulit kutemui di kehidupan sekarang.Â
Hidup di perantauan memang tidak mudah dan penuh perjuangan. Namun di balik itu pasti ada hikmah yang luar biasa. Yaitu kita bisa menjadi pribadi yang mandiri, lebih kuat dan berani menghadapi tantangan. Memang tidak mudah namun hal itu bisa menjadi bekal yang luar biasa untuk kehidupan selanjutnya.Â
Tidak ada salahnya jika kita hidup di perantauan. Jangan takut dan cobalah untuk menikmatinya, maka kita bisa merasakan nikmat hidup di perantauan. Kita juga akan menemukan pembelajaran dan hikmah yang tak terduga.Â
Oh ya, sebagai penutup saya ingin menyampaikan sebuah hadis yang  terkenal yang artinya "Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China".Â
Itu merupakan sebuah ungkapan untuk mengajak umat agar menuntut ilmu walaupun jauh. Karena menuntut ilmu merupakan bagian dari ibadah.Â
Terima kasih semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H