Jarinya masih saja menyala padahal mata masih terpejam
Dalam segenggam tinta yang dilepaskan melalui kecepatan jemarinya berlombaÂ
Berjalan dengan pacuan sang waktu menuju pagi yang masih butaÂ
Masih terngiang alunan lagu yang dinyanyikan dari sepasang kekasih yang dimadu asmaraÂ
Tak lama telah berlalu ribuan detik telah kutebas hanya untuk bersamamu.Â
Menuju pergantiannya yang masih lama, sayup-sayup topangan dagu itu lepas dari tangannya.Â
Jenggotnya masuk dalam secangkir kopi yang sudah tidak mengepul lagi asapnyaÂ
Asap diganti menjadi jeruji yang terus bergerak lincahÂ
Sajak-sajak itu masih saja menyala dalam keheningan malam
Meski sudah tidak ada lagi yang membacanyaÂ
Sudah ditutup setiap lembaran malam yang sudah merayu mengajak tidurÂ
Puisi yang dibawakan membuat malam ikut tertidur pulas dengan perempuan keturunan Tionghoa itu
Sembari berdiri mengucapkan salam, malam kembali tenggelam
Kataku juga apa? Malam juga merasakan kantuk yan begitu dahsyat tak terbendungÂ
Kantong matanya sudah diganjal meski sekarang masih berpijar hanya 5 watt.Â
Kasihan matanya yang sudah mulai dimata-matai oleh malamÂ
Salam,Â
Sri PatmiÂ
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI