Jarinya masih saja menyala padahal mata masih terpejam
Dalam segenggam tinta yang dilepaskan melalui kecepatan jemarinya berlombaÂ
Berjalan dengan pacuan sang waktu menuju pagi yang masih butaÂ
Masih terngiang alunan lagu yang dinyanyikan dari sepasang kekasih yang dimadu asmaraÂ
Tak lama telah berlalu ribuan detik telah kutebas hanya untuk bersamamu.Â
Menuju pergantiannya yang masih lama, sayup-sayup topangan dagu itu lepas dari tangannya.Â
Jenggotnya masuk dalam secangkir kopi yang sudah tidak mengepul lagi asapnyaÂ
Asap diganti menjadi jeruji yang terus bergerak lincahÂ
Sajak-sajak itu masih saja menyala dalam keheningan malam
Meski sudah tidak ada lagi yang membacanyaÂ
Sudah ditutup setiap lembaran malam yang sudah merayu mengajak tidurÂ