Sayang sekali, waktu untuk menjelajah disana hanya 4 hari, itupun sudah termasuk terpotong waktu perjalanan kesana. Tapi tak jadi masalah, pada akhirnya selama 20 jam perjalanan di Kereta Gajayana, aku sudah mengerti nama kebesaran siapa yang dipergunakan untuk menamai kereta ini.Â
Sudah memahami sedikit saja peristiwa kejayaan sejarah dan besarnya bangsa ini melalui pemimpin yang arif dan bijaksana, salah satunya adalah Gajayana.Â
Sementara taka da teman berbincang mengenai Gajayana, aku hanya membaca sebagian besar ceritanya melalui media daring saja. Sesekali bacaan tersebut harus terputus karena perbincangan ringan lainnya dari teman-teman, untuk sekedar memenuhi kehidupan sosial manusia yang butuh bersosialisasi dengan orang lain.Â
Ketika dikatakan kepada mereka tentang sejarah Gajayana sendiri, bahasa tubuh mereka seakan mengatakan perbincangan basi. Padahal mereka sendiri pun belum mengetahuinya.
Stasiun Heritage di MalangÂ
Sebelum sampai di tempat tujuan, aku berada di salah satu heritage Kota Malang yaitu Stasiun Malang. Meski ada beberapa stasiun lainnya di Malang seperti Stasiun Lawang, Stasiun Singosari, Stasiun Blimbing, Stasiun Kota Baru di Klojen, Stasiun Kotalama, Stasiun Pakisaji, Stasiun Kepanjen, Stasiun Ngebruk, dan Stasiun Sumberpucung.Â
Aku menyenangi bangunan stasiun Malang Kota Lama yang sangat bersejarah. Dimana Kota Malang menjadi ujung jalur kereta api pertama yang dibangun oleh perusahaan kereta api negara Staatsspoorwegen (SS) yaitu lintas Surabaya -- Pasuruan - Malang.Â
Jalur sepanjang  112 km itu diresmikan pada tanggal 20 Juli 1879 oleh Gubernur Jenderal Mr. J. W. van Lansberge melalui upacara yang meriah. Stasiun Malang Kotalama ini terus menua dengan tongkat yang ia kenakan untuk berjalan tertatih, saksi bisu perjalanan bangsa yang besar, Bangsa Indonesia.Â
Dari bisunya ucapan ada sebuah ungkapan tersirat bahwa stasiun ini telah lama berjuang dengan tegaknya tonggak yang dipancangkan kedalam bumi, dilintasi besi yang berjalan diatasnya.Â
Letaknya di Jl. Kolonel Sugiono No. 18 Kota Malang, melayani kereta Matarmaja, Tawang Alun dan Penataran. Sudut elevasi +429M. Bangunan cagar budaya Indonesia ini tetap memiliki daya tarik tersendiri bagi para penumpangnya.Â