Mohon tunggu...
Sri Patmi
Sri Patmi Mohon Tunggu... Penulis - Bagian Dari Sebuah Kehidupan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis adalah Bagian dari Self Therapy www.sripatmi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menuju Kekekalan Berbagi yang Abadi

17 Desember 2020   16:21 Diperbarui: 17 Desember 2020   18:00 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Satu hal yang istimewa adalah ia mampu mengajarkan putri kecilnya ini membaca, menulis, berhitung bahkan berbagi sampai dengan detik ini kita membaca huruf demi huruf ini jatuh menyentuh kalbu. Dari berbagi kebahagiaan dengan banyak orang, ia menemukan maestro-maestro terbaik yang mendidik putri kecilnya. Tangan-tangan Tuhan dikirimkan melalui indahnya berbagi. 

Sebagai seorang pedagang, almarhumah ibu selalu memberi dalam bentuk materi maupun immateri. Membantu kesulitan orang yang jauh dari keluarga di perantauan. Memberikan makan dan minum untuk mereka yang mencari nafkah untuk keluarganya di kampung halaman. Meski tak jarang, almarhumah ibu sering ditipu. 

Beliau tak pernah patah arang untuk terus berbagi. Memberi sebagian besar dari penghasilannya kepada orang yang membutuhkan. Hal ini sudah pasti atas persetujuan bapak sebagai kepala keluarga. Sebagai pedagang yang menikmati hasil dari keuntungannya, ia tak pernah memakan keseluruhan keuntungan yang ia terima. Sebagian keuntungan digunakan untuk membayar Taman Pendidikan Al Quran (TPA), tempat putri kecilnya belajar melantunkan Kalam Illahi, ayat suci Al Quran. 

Awalnya tempat mengaji ini memungut biaya  setiap bulannya, meski hanya seikhlasnya saja. Setiap tanggal 15 selalu dibagikan selembar buku bayaran untuk disampaikan kepada orang tua masing-masing. Dua bulan berjalan, saat saya baru mengerti huruf Syamsiah dan Qomariah, TPA ini sudah tidak pernah memberikan selembar buku bayaran lagi kepada orang tua, yang berarti mengaji disini gratis. Bahkan Al Quran usang yang sering digunakan oleh Pak Kyai kini berganti menjadi cerah dan baru. 

Anak kecil yang baru mengenal dunia ini, tentunya makin semangat mengaji, ditambah lagi dengan konsep berbagi dan mendidik yang disampaikan sangat mudah dipahami. Materi tentang Tauhid dan mengenal keesaan Tuhan disampaikan secara lugas. Tuturnya sederhana, hanya menyampaikan kalam demi kalam. Hingga putri kecil ini tergerak menghitung besaran nilai ibadah yang ditinggalkan setelah mengenal Tuhan. Hitungan matematisnya adalah dalam sehari, kita menunaikan ibadah solat wajib sebanyak 17 rokaat. 

Saya mengenal konsep Bertuhan pada usia 5 tahun, maka hitungan saya adalah 5 tahun x 12 bulan x 30 hari x 17 rokaat = 30.600 rokaat yang harus ditebus selama masih kecil belum mendapatkan pencerahan. Bergidik saya sendiri setelah menghitungnya. Bagaimana dengan beban ibu? 

Bagaimana dengan beban para pengajar ini jika materi yang disampaikan tidak dijalankan? Melalui tutur dan tindakan berbagi konsep dasar Ketuhanan, saya melafadzkan syahadat dalam keyakinan, menjalankan solat sebanyak rokaat yang saya tinggalkan mulai dari terlahir didunia hingga usia 5 tahun. Meski pada hakikatnya, setelah dewasa ini, saya menyadari betapa keindahan berbagi bukan hanya menyentuh ranah rasa, jiwa tetapi pada hakikat hubungan baik dengan Tuhan. 

Setelah Pak Kyai meninggal, putri Pak Kyai mendatangi rumah kediaman keluarga kami. Ia menyampaikan pesan dari Almarhum Kyai dan rasa syukur terima kasih atas segala bantuan materi dan immateri yang diberikan ke TPA selama ini. Hal tak terduga ketika  teman-teman sepengajian mendatangi ke rumah kami, menciumi tangan ibu dan bapak. 

Air mata yang menggenang tak terbendung, almarhumah ibu berbagi tanpa mengenal batasan. Ia tak mampu membaca, menulis, dan berhitung, tetapi ia mendatangkan seorang guru untuk putri kecilnya melalui berbagi. Entah... pada bagian kehidupan mana lagi kita akan bertemu. Memeluk dan mendekap erat. Merasakan hangatnya kasih sayang abadi sepanjang masa. Setiap kali melintasi TPA itu menuju tempat pembaringan almarhumah ibu, menetes dan berlinang atas segala kenikmatan berbagi yang sampai detik ini masih terkenang.

  1. Dengan Berbagi dapat Menciptakan Tatanan Kehidupan yang Baru

Keluarga kami bukan dari kalangan seorang yang terpelajar. Berbekal dengan tekad untuk mengubah kehidupan lebih baik lagi. Orang tua kami merantau ke Tangerang tepatnya. Saat perekonomian masih cekak. Hanya dua helai kain saja yang dikenakan pada saat itu. 

Tidak ada sanak dan saudara yang dikenal di Tangerang ini. Bukan nekad! Tetapi keteguhan almarhumah ibu, melalui kelembutannya kepada sesama, pada akhirnya mengubah dunia yang terlihat sulit menjadi mudah. Bersyukur, pada saat itu keluarga kami mendapat keajaiban dari berbagi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun