Mohon tunggu...
Sri Patmi
Sri Patmi Mohon Tunggu... Penulis - Bagian Dari Sebuah Kehidupan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis adalah Bagian dari Self Therapy www.sripatmi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Artikel Sri Patmi: Maestro Berbagi yang Melegenda

17 Desember 2020   09:45 Diperbarui: 17 Desember 2020   09:53 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam wujud manusia biasa seperti kita, sudah pasti mengeluh. Merasakan lelahnya berbagi. Sekali lagi, ia tak pernah mendikte diri dan orang lain untuk merasakan susahnya berbagi. Saat ini yang ia lakukan hanyalah terus berbagi. Mengibarkan panji-panji kepada seluruh manusia untuk memuliakan dirinya dalam sederhananya konsep berbagi. Atas segala apa yang telah ia lakukan, Pak Direktur hanya tersenyum 5 mili lagi. Ia bukan apa-apa, bukan siapa-siapa. 

"Bisa jadi, saya pun bukan orang yang terpilih dalam sebuah konsep berbagi, bahkan tak pernah dipandang oleh kehidupan sama sekali". Masih terus bersembunyi dibalik keagungannya. Padahal dari berbagi itu, ia sudah merasakan pembalasan kontan kebaikan berbagi. Tak perlu melabelkan diri dalam bentuk blueprint magister pendidikan karena ia sudah menjadi pencerah. Meski saya sendiri, begitu menyayangkan ketika ia tak pernah mengambil kesempatan itu. 

Seorang lulusan kampus nomor satu di Indonesia, Sarjana Fisika, Universitas Indonesia. Membuang kesempatan untuk menjadi seorang pendidik di ruang kelas universitas saja. Untuk hal ini, saya tak berani menerka-nerka, mungkin keinginannya sudah kuat untuk menjadi pengajar, pendidik dan pencerah untuk kehidupan tanpa terkungkung ruang dan waktu. 

Pikirku, ketika ia sudah menjadi seorang dosen atau professor, dia akan menjadi sosok yang kuat dalam segala hal. Keilmuan dan pengukuhan dari manusia. Tapi faktanya ia tak pernah membutuhkan pengukuhan itu. Ruang kelas adalah batasan waktu bagi dirinya, karena berbagi itu tak pernah mengenal waktu. Nilai ini terus dia tularkan kepada setiap orang.

Semoga selalu saja ada benang emas dibalik awan yang gelap. Hingga manusia mengenal berbagi bukan hanya tataran membumi saja, tetapi tataran tinggi yang memayungi langit. Dengan harapan berbagi tak pernah ditunggangi dengan keinginan, keculasan dan kepentingan diri sendiri. Mencari pamor untuk dikenal sebagai manusia paling suci dan sakti. 

Bisa memberi dalam bentuk materi lalu berbangga diri. Menunjukkan sifat keangkuhan, sifat keakuan dan membentengi dari sucinya nilai berbagi. Semoga kita semua dapat menteladani nilai kebaikan dari Pak Direktur. Mengambil inti sari kebaikan alam agar masuk dalam tubuh ini menjadi energi yang bermanfaat dan menguatkan kita menghadapi getirnya kehidupan. Akhir kata, besar harapan setiap nilai kebaikan dari tulisan-tulisan saya, semoga menjadi sebuah bagian dari sederhananya konsep berbagi.

Salam

Sri Patmi

 #jne #jne30tahun #connectinghappiness #30tahunbahagiabersama

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun