Diet bebas gluten jarang ditemukan di timur seperti Asia dan Afrika, sebab mayoritas dari penduduknya mengonsumsi biji-bijian dan serealia yang tidak melalui banyak proses pengolahan seperti layaknya fermentasi yang terjadi dalam pembuatan bir ataupun wine.
Diet bebas gluten disalahartikan bertujuan untuk menurunkan berat badan atau hanya sekedar mengurangi komplikasi penyakit, tetapi sebenarnya ada alasan utama mengapa diet bebas gluten bisa muncul.
GEBRAKAN MEDIS DI ERA PERANG DUNIA II: CELIAC DISEASE
Masa Perang Dunia II merupakan masa yang kelam bagi banyak orang, tak terkecuali warga negara Belanda pada tahun 1944 hingga 1945.
Pada masa itu, terjadi banyak kejadian malnutrisi yang terjadi pada anak-anak yang dikarenakan berkurangnya pasokan makanan seperti buah-buahan, sayuran dan terutama gandum. Kelaparan terjadi di mana-mana, hal ini disebabkan oleh Nazi yang memotong rantai dari suplai kebutuhan vital Belanda dan ini terjadi bersamaan dengan musim dingin ekstrem, sehingga kejadian ini disebut Hongerwinter (hunger winter).
Namun, kejadian itu menjadi pendobrak dunia medis sehingga pada saat ini mampu menyelamatkan jutaan orang  setiap tahunnya dari penyakit celiac.
Penyakit celiac merupakan penyakit autoimun kronis yang menyerang usus halus, sehingga tubuh tidak bisa menyerap gluten--pada masa itu makanan pokok warga Belanda adalah gandum-- dan memicu, diare, penurunan berat badan hingga kematian.
Seorang dokter anak yang bernama Willem-Karel Dicke sudah memiliki ketertarikan terhadap penyakit celiac sejak 1930-an. Pada saat itu, ia bertemu dengan seorang pasien yang mengatakan bahwa penyakitnya semakin parah apabila mengonsumsi roti, dan Willem-Karel Dicke menduga bahwa roti adalah sebabnya.
Ketika Hongerwinter terjadi, Willem-Karel Dicke menyaksikan jutaan warga Belanda kelaparan hingga memotong konsumsi kalori harian mereka dari menjadi 500-1000 kalori setiap harinya, dan melihat puluh ribuan warga yang meninggal sebab kelaparan serta pada saat itu, tidak dijual roti satu pun sebab ketiadaan bahan makanan.
Di saat yang bersamaan, Willem-Karel Dicke melihat bahwa adanya perkembangan dari anak-anak yang mengalami penyakit celiac. Â Banyak dari mereka yang mulai sembuh bahkan bertambah berat badannya.Â