Mohon tunggu...
Sri Mulyono
Sri Mulyono Mohon Tunggu... wiraswasta -

Wira Usaha Kuliner di Makassar, tengah belajar menulis artikel. \r\nPernah Bekerja di P.T. Burroughs Wellcome Ind, P.T. GlaxoWellcome Ind, P.T. Otsuka Pharmaceutical Ind, Garudafood, Stiefel Laboratories Pte. Ltd, Glaxo-SmithKline Ind.\r\n\r\nPernah Belajar di : Fak. Biologi-UGM, SMA 4 Yogya, SMP 6 Yogya, SDN Bebengan 2 Boja - Kendal.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama FEATURED

UMKM Berjualan Kuliner di Supermarket, Perhatikan Hal-hal Ini!

25 Januari 2016   19:01 Diperbarui: 3 April 2020   10:24 3299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Potongan inilah yang menjadi "bagi hasil" buat supermarket. Faktanya banyak pelaku usaha kuliner UMKM yang tidak paham hal ini. Buntutnya, tiap periode pembayaran akan terkaget-kaget dengan potongannya. Tahap ini adalah tahap yang urgent, jadi harus dipastikan memahami aturan yang ada.

3. Sistem Administrasi

Suka atau tidak suka, berjualan di supermarket harus menyesuaikan dengan sistem yang berlaku. Supplier harus memahami bahwa transaksi dengan konsumen dilakukan melalui sistem barkoding. 

Tiap supplier memiliki barcode tersendiri untuk produk-produknya. Kesalahan barcode bisa berakibat fatal, karena transaksi akan salah "kamar" dan masuk ke supplier lain. 

Di sini diperlukan kecermatan supplier. Ada kalanya SPG main ambil barcode yang mirip, akibatnya terjadi kerugian yang tidak sedikit.

Suplier sedikit banyak juga harus paham mengoperasikan komputer. Karena dewasa ini laporan penjualan dari supermarket sudah mulai disajikan melalui sistem online. Suplier bisa menarik data penjualan dan mengirimkannya dari rumah. 

Di satu sisi memang menguntungkan karena laporan bisa diperoleh secara cepat, namun di sisi lain ada juga supplier yang kurang paham.

Melihat rumitnya berjualan di supermarket dibandingkan di outlet konvensional, timbul pertanyaan apa sih yang membuat bekerja sama dengan supermarket menjadi menarik pelaku kuliner?

1. Berjualan di supermarket menggunakan sistem bagi hasil sehingga supplier tidak harus mengeluarkan modal untuk sewa tempat. Apalagi kalau suppliernya mau berjualan sendiri, sehingga biaya untuk gaji pegawai bisa ditiadakan. Bahkan ada supplier yang dulunya adalah tenaga pramu saji (SPG) yang memberanikan diri menjadi supplier. Karena dia menangani sendiri jualannya, maka cost untuk pegawai tidak ada.

2. Fasilitas yang disediakan oleh supermarket seperti listrik, gas, air dan fasilitas untuk menjual lainnya seperti meja dan kursi, sangat membantu bagi supplier yang bermodal pas-pasan.

3. Adanya kepastian dalam berusaha dibanding mengontrak tempat usaha di luar. Banyak kejadian ketika usaha mulai maju, pelaku usaha kuliner mulai dipusingkan oleh harga kontrak yang melambung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun