Potongan inilah yang menjadi "bagi hasil" buat supermarket. Faktanya banyak pelaku usaha kuliner UMKM yang tidak paham hal ini. Buntutnya, tiap periode pembayaran akan terkaget-kaget dengan potongannya. Tahap ini adalah tahap yang urgent, jadi harus dipastikan memahami aturan yang ada.
3. Sistem Administrasi
Suka atau tidak suka, berjualan di supermarket harus menyesuaikan dengan sistem yang berlaku. Supplier harus memahami bahwa transaksi dengan konsumen dilakukan melalui sistem barkoding.Â
Tiap supplier memiliki barcode tersendiri untuk produk-produknya. Kesalahan barcode bisa berakibat fatal, karena transaksi akan salah "kamar" dan masuk ke supplier lain.Â
Di sini diperlukan kecermatan supplier. Ada kalanya SPG main ambil barcode yang mirip, akibatnya terjadi kerugian yang tidak sedikit.
Suplier sedikit banyak juga harus paham mengoperasikan komputer. Karena dewasa ini laporan penjualan dari supermarket sudah mulai disajikan melalui sistem online. Suplier bisa menarik data penjualan dan mengirimkannya dari rumah.Â
Di satu sisi memang menguntungkan karena laporan bisa diperoleh secara cepat, namun di sisi lain ada juga supplier yang kurang paham.
Melihat rumitnya berjualan di supermarket dibandingkan di outlet konvensional, timbul pertanyaan apa sih yang membuat bekerja sama dengan supermarket menjadi menarik pelaku kuliner?
1. Berjualan di supermarket menggunakan sistem bagi hasil sehingga supplier tidak harus mengeluarkan modal untuk sewa tempat. Apalagi kalau suppliernya mau berjualan sendiri, sehingga biaya untuk gaji pegawai bisa ditiadakan. Bahkan ada supplier yang dulunya adalah tenaga pramu saji (SPG) yang memberanikan diri menjadi supplier. Karena dia menangani sendiri jualannya, maka cost untuk pegawai tidak ada.
2. Fasilitas yang disediakan oleh supermarket seperti listrik, gas, air dan fasilitas untuk menjual lainnya seperti meja dan kursi, sangat membantu bagi supplier yang bermodal pas-pasan.
3. Adanya kepastian dalam berusaha dibanding mengontrak tempat usaha di luar. Banyak kejadian ketika usaha mulai maju, pelaku usaha kuliner mulai dipusingkan oleh harga kontrak yang melambung.