Mohon tunggu...
Sri Mulyati
Sri Mulyati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sekedar berbagi pengalaman :)

Kehidupan berjalan sesuai kehendak-Nya. Keinginan dan cita-cita tak usah diumbar tapi diwujudkan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

KKN Rekognisi UPI 2021: Kampus Mengajar sebagai Jembatan Perbaikan Pembelajaran pada Masa Pandemi di SDN Legok Pego

24 September 2021   14:46 Diperbarui: 24 September 2021   14:48 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kampus Mengajar angkatan 1 berjalan selama tiga di mulai dari 22 Maret 2021 sampai 25 Juni 2021. Pemilihan lokasi berdasarkan pertimbangan tiga pilihan yang diajukan ketika mendaftar. Saya sendiri terpilih menjadi pengajar di SDN Legok Pego yang berlokasi di Kampung Legok Pego Desa Drawati Kecamatan Paseh. 

Sekolah ini bertempat di atas gunung bisa dikatakan tempat yang tertinggal yang diberi sebutan sekolah di atas awan. Hal ini sejalan dengan fokus kampus mengajar ditujukan untuk sekolah-sekolah di daerah 3T.

 SDN Legok Pego merupakan sekolah dasar yang berdiri di tengah-tengah kehidupan warga kampung legok pego. Satu-satunya lembaga pendidikan formal tingkat dasar untuk memberikan pendidikan bagi anak-anak yang berusia 6-12 tahun. 

Bangunan sekolah ini berdiri pada tanah hibah yang diberikan oleh orang yang dermawan. Tampak pada gambar , sekolah ini terdiri dari tiga ruang kelas, satu ruang perpustakaan, dan satu ruang kepala sekolah beserta guru.

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Jumlah siswa kelas 1-6 berkisar kurang lebih 90 orang yang mana siswa tersebut berasal dari kampung Legok Pego tidak ada dari daerah lain. “Siswa yang datang ke sekolah terkadang membawa adik karena orang tuanya pergi bertani. 

Di sisi lain, siswa tidak bersekolah karena pergi bertani sehingga suasana kelas sepi hanya di isi oleh beberapa siswa saja. Selain itu juga, ketika masa panen tiba siswa yang sedang bersekolah pun orang tua datang ke kelas dan meminta izin kepada guru wali yang sedang mengajar untuk mengajak anaknya  memanen tanaman di kebun. 

Apa boleh buat, guru membiarkannya keluar kelas karena tidak punya leluasa untuk melarangnya. Dari beberapa kejadian tersebut dapat tergambarkan siswa di sini tingkat ketertarikan bersekolah itu sangat kurang, karena pikiran mereka sudah berorientasi kepada uang. 

Pikiran singkat mereka bahwa mendapatkan uang tidak perlu menggunakan pendidikan yang tinggi. Tetapi bekerja di kebun secara mandiri dapat menghasilkan uang supaya menambah pendapatan keluarga”, kata Bapak Engkos selaku Kepala Sekolah SDN Legok Pego (4 April 2021).

Kondisi pandemi covid-19 justru memperlambat pembelajaran yang mengharuskan siswa belajar mandiri dari rumah. Berbeda dengan pembelajaran di SDN Legok Pego mempunyai strategi pembelajaran tersendiri untuk mengganti tugas online. Pembelajaran tidak bisa diadakan secara daring akibat dari kurangnya media elektronik yang dimiliki siswa dan jaringan sinyal yang susah didapat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun