PENTINGNYA FILSAFAT, LOGIKA DAN BAHASA DALAM MEMBENTUK PERADABAN
Sri Mulia Aini
Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia
Universitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim Riau
srimuliaaini5@gmail.com
Abstrak
Allah memberikan potensi besar akal manusia sebagai alat untuk berpikir. Dan alasan manusia dapat mengembangkan filosofis Eksplorasi, Eksplorasi filosofis dapat dibangun dengan menciptakan dialog dan kolaborasi antara sains, filsafat, logika dan Bahasa. Peradaban sebagai gabungan dari semangat dan sikap dan cara hidup sosial tidak dapat dipisahkan dari filsafat dalam membentuk kebaikan perilaku masyarakat. Di sisi lain, bahasa, ilmu pengetahuan dan teknologi juga memiliki importan peran dalam peradaban. Hasil sains tidak mungkin bisa dipahami dengan masyarakat jika tidak pernah berkomunikasi dengan bahasa. Oleh karena itu, dengan tercapainya aspek-aspek tersebut dan penemuan filsafat manusia dapat membangun peradaban di seluruh sejarah dari waktu ke waktu. Jadi, dalam sejarah peradaban manusia, Ilmu pengetahuan, filsafat, logika dan bahasa memiliki peran masing-masing yaitu terkadang membutuhkan dialog dan atau kerja sama antara keempat dalam bentuk peradaban yang berharga dalam kehidupan.
Kata Kunci : Filsafat, Logika, Bahasa, Membentuk Peradaban
Pendahuluan
Latar Belakang
Filsafat adalah suatu sistem pemikiran, atau lebih tepatnya, suatu cara berpikir yang terbuka, yaitu terbuka terhadap pertanyaan dan pertanyaan ulang. Oleh karena itu, cinta (phylo) dalam Phyloshopphia pada dasarnya diperlakukan sebagai kata kerja, suatu proses, bukan sebagai kata benda tertentu. Dalam pengertian ini, ini adalah sikap hidup yang mencari pertanyaan dan hidup dalam pertanyaan terus-menerus.
Menurut Sidi Ghazalba seperti dikutip Abdin Nata, filsafat adalah sesuatu yang mendalam, sistematis, radikal dan universal untuk mencari kebenaran, hakikat dan hakikat dalam kaitannya dengan segala sesuatu yang ada. Hasbullah Bakri dari Darwis A. Soereiman mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang mendalami segala sesuatu yang berkaitan dengan Tuhan, alam semesta, dan manusia untuk menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana segala sesuatunya, sejauh akal budi manusia mampu. Apa itu sikap? menyatakan bahwa itu harus berupa pengetahuan.
Jika kita memahami filsafat ini, mempunyai substansi, yaitu filsafat adalah sebuah proses, suatu cara untuk terus mencari kebenaran sambil mencari kebenaran, dan filsafat sebagai adalah upaya untuk memahami gagasan. Mengajukan pertanyaan kepada seseorang memberi Anda gagasan untuk memikirkan pertanyaan yang diajukan dan mencoba menemukan jawabannya.
Logika berasal dari kata sifat Yunani 'logike' dan berkaitan dengan kata benda 'logos' yang berarti bahasa atau kata-kata sebagai perwujudan pikiran manusia (Salam, 1988: 162). Logika secara umum dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari penalaran yang valid (Suriasumantri, 2005: 46). Logika adalah suatu metode pemberian landasan kebenaran terhadap pengetahuan yang diperoleh dari proses berpikir.
Menurut Ibnu Sina, logika adalah ilmu peralihan dari apa yang sudah diketahui ke apa yang harus diketahui, beserta penjelasannya, serta jenis-jenis dan kegunaan relatif dari metode-metode tersebut, pengetahuan tentang sifat penggunaannya.
Logika juga dapat diartikan sebagai sarana hukum yang mencegah akal melakukan kesalahan dalam berpikir dan memberikan penerimaan terhadap akal dan pikiran dalam arti yang lebih luas sebagaimana dimaksud dalam bahasa sehari-hari (Khan, 2004: 79)
Bahasa adalah Menurut Santoso, bahasa adalah rangkaian bunyi yang dihasilkan secara sadar oleh alat vokal manusia. Wibowo, bahasa adalah suatu sistem simbol, bunyi yang bermakna dan artikulasi (dihasilkan oleh alat vokal), sewenang-wenang dan konvensional. Pendapat lain mengenai pengertian bahasa dikemukakan oleh Syamsuddin dan beliau memberikan dua pengertian bahasa. Pertama, bahasa adalah alat yang digunakan untuk Pembentukan pikiran dan perasaan, keinginan dan tindakan, alat yang digunakan untuk mempengaruhi dan dipengaruhi. Kedua, bahasa merupakan tanda nyata baik dan buruk, budi pekerti, tanda nyata keluarga dan bangsa, tanda jelas keutamaan kemanusiaan.
Pembahasan
A. Peran Filsafat dalam Pembentukan Peradaban
Masyarakat mempunyai keraguan terhadap binatang. Pertanyaan manusia tidak pernah habis dan karena sifatnya ini, manusia mulai memikirkan segala sesuatu di sekitarnya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaannya yang membingungkan. Hal inilah yang mendasari pembentukan filosofis (Ansari, 2002: 15). Jika kita berbicara tentang lahir dan berkembangnya filsafat pada mulanya, maka kelahirannya tidak lepas dari perkembangan ilmu pengetahuan (sains) yang terjadi pada peradaban kuno (zaman Yunani) (Ahmadi, 2005: 22). Filsafat tidak lain hanyalah upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan pokok secara kritis, bukan secara dangkal dan dogmatis, seperti yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari bahkan dalam ilmu pengetahuan (Setiawan,2004:37).Pengertian filsafat menunjukkan bahwa filsafat bertujuan untuk menemukan kebenaran, bertindak kreatif, serta menerapkan dan mewujudkan nilai-nilai.
Filsafat berperan dalam membangun peradaban. Filsafat berkaitan erat dengan inti peradaban manusia dan merupakan bagian integral dari eksperimen manusia dalam menghadapi kontradiksi, kekalahan, dan kemenangan kehidupan, serta kebutuhannya. Ilmu yang menempati kedudukan jiwa seutuhnya dan menduduki derajat tertinggi dalam penciptaan kekuatan adalah filsafat, Karena bidang studinya bersifat universal.
Ilmu filsafatlah yang mewakili kebutuhan dasar manusia, dan tanpa filsafat dan masyarakat ilmu pengetahuan tidak dapat bertahan (Purwadi, 2002: 38). Dengan kata lain, filsafat merupakan sumber segala kemungkinan dan kemajuan manusia dalam perkembangan kehidupan di dunia yang tidak terbatas dan tidak terbatas. Peradaban yang merupakan perpaduan pikiran dan sikap serta cara membimbing kehidupan dan tindakan sosial masyarakat, tidak dapat dipisahkan dari tradisi-tradisi filosofis yang selalu membantu manusia menyikapi kehidupan dan kesejahteraan serta pada akhirnya membawa kemajuan bagi peradaban. (Mariam,2004: 8) Karena kebahagiaan, sebagiannya, harus merupakan suatu bentuk kontemplasi yang setidaknya terdiri dari aktivitas intelektual, berdasarkan pemahaman ide-ide filosofis dan kontemplatif (Riemann, 1989: 253).
B. Peran Logika dalam Membentuk Peradaban
Berpikir merupakan aktivitas manusia untuk mencari pengetahuan yang sebenarnya, namun kebenaran itu sendiri tidak mempunyai dimensi yang sama bagi semua individu. Oleh karena itu, setiap cara berpikir manusia mempunyai standar kebenaran yang menjadi dasar proses pencarian kebenaran. Dalam kegiatan berpikir ini suatu pemikiran atau keputusan suatu pemikiran menurut ciri-ciri logika dasar, atau wawasan yang kokoh terhadap kebenaran suatu pemikiran diperlihatkan secara logis dan disebut berpikir logis (Salam, 1988: 1).
Logika merupakan salah satu cabang filsafat yang memberikan informasi tentang bagaimana seharusnya manusia berpikir (Poedjawijatna, 1998: 14). Oleh karena itu, pengetahuan sebagai hasil pemikiran manusia sesuai dengan apa adanya atau seharusnya. Padahal, aktivitas berpikir manusia tercermin dalam sikap dan tindakan, sehingga dapat dikatakan bahwa setiap tindakan manusia merupakan cerminan atau simbol dari aktivitas berpikir manusia. Dinamika berpikir tersebut jelas tidak mudah, terkadang orang melakukan kesalahan dalam berpikir. Bukan karena ilmunya salah, tapi pemikirannya tidak sederhana dan tidak mengikuti aturan. Secara logika, berpikir berarti menyusun silogisme dengan tujuan mencapai kesimpulan yang benar dan menghilangkan kontradiksi sebanyak (Setiawan, 2004: 47).
C. Peran Bahasa dalam Membentuk Peradaban
Bahasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa bahasa merupakan ciri khas manusia yang terwujud dalam segala aspek dan aktivitas manusia. Sejak dahulu kala, para ahli pemikiran manusia menyebut makhluk yang memiliki bahasa dan akal sebagai ahli bahasa (istilah ``nalar hewan''), yang berasal dari bahasa Yunani ``logos ekune'':(Peursen, 1991: 4). Berbicara dalam arti komunikasi dimulai dengan pengkodean semantik dan gramatikal di otak pembicara, dilanjutkan dengan pengkodean fonologis. Dilanjutkan dengan persiapan decoding fonologis, decoding gramatikal, dan decoding semantik yang berlangsung di otak pendengar (Chaer, 2003: 51).
Pikiran membentuk bahasa, dan tanpa pikiran tidak ada bahasa. Pikiranlah yang menentukan aspek sintaksis dan leksikal bahasa, bukan sebaliknya (Chaer, 2003: 51). Oleh karena itu, dalam berbicara tidak hanya kata-kata yang digunakan, melainkan bahasa yang diilhami oleh pikiran dan renungan. Sebagai perwujudan suatu bentuk pemikiran, bahasa juga dapat menjadi alat untuk mengembangkan dan menyempurnakan pemikiran tersebut. Dengan kata lain, bahasa membantu pemikiran manusia untuk berpikir lebih sistematis (Chaer, 2003: 59). Bahasa memungkinkan orang berpikir secara koheren dan sistematis serta membantu mereka mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya. Dengan kata lain, pikiran dan bahasa merupakan alat untuk melakukan tindakan.
Di sisi lain, fungsi bahasa dapat dibagi menjadi empat fungsi. (1) Fungsi kognitif, kemampuan bahasa untuk menggambarkan kebenaran; (2) Fungsi emosional, kemampuan bahasa untuk menggambarkan aspek emosi manusia dan emosi terdalam; dan (3) Fungsi imperatif, kemampuan bahasa untuk memerintahkan atau mengendalikan perilaku. fungsi, (4) fungsi ritual, fungsi menghormati orang lain, doa, dan ritual lainnya (Hidayat, 2006: 28).
D. Pentingnya Filsafat, Logika dan Bahasa dalam Membentuk Peradaban
Filsafat adalah berpikir, namun bukan sekedar berpikir, berpikir sementara, atau berpikir tanpa aturan atau disiplin, melainkan berpikir secara mendalam untuk mencari kebenaran dengan selalu memperhatikan disiplin dan hukum-hukum berpikir. Ketika berfilsafat, seseorang membutuhkan logika, dan El Haraka menyediakannya. Fokus pada kebenaran yang sebenarnya dan jangan menyesatkan diri sendiri. Karena logos (logika) menuntun kita dalam mengambil keputusan berdasarkan pemikiran yang rasional dan bijaksana (Muntasyir dkk, 2006: v). Bahasa sebagai suatu sistem simbol yang diungkapkan melalui bunyi (voice) dan dirasakan oleh telinga (auditori) erat kaitannya dengan ungkapan pikiran sendiri dan hasil renungan filosofis diri. Tanpa bahasa , para filosof (filsuf) tidak dapat mengkomunikasikan hasil spekulasinya kepada orang lain.Â
Tanpa bantuan bahasa, seseorang tidak dapat memahami gagasan filsafat (Hidayat, 2006: 31). Manusia dapat membentuk simbol dan memberi nama untuk menandai realitas, namun hewan sama sekali tidak mampu melakukannya. Nama-nama ini diberikan agar masyarakat dapat mengingat angka dan mengaitkannya satu sama lain. Bahasa merupakan lambang pemikiran dan apa yang dipikirkan orang Bahasa dapat melambangkan karena logika, apa yang dipikirkan orang harus dapat dibicarakan, dapatkah orang mengungkapkannya, atau hendaknya mereka mengetahui bagaimana hal itu dapat diungkapkan dalam bahasa sebagai lambang (Muslih, 2005: 106). Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, kita semakin menghadapi tantangan dalam menyediakan alternatif.
Di sisi lain, kita dihadapkan pada kemajuan teknologi dan dampak negatifnya, perubahan yang cepat, serta perubahan nilai-nilai yang pada akhirnya akan semakin menjauhkan kita dari nilai-nilai dan moral. Dengan mengingat hal ini, pada dasarnya Anda membutuhkan pengetahuan untuk memberi Anda arahan. Dengan ilmu tersebut seseorang dikaruniai kebijaksanaan dan prinsip untuk menentukan pemikiran yang jernih, benar dan sehat, termasuk nilai-nilai kehidupan yang sangat penting dibutuhkan oleh umat manusia. Filosofi dan logika inilah yang diharapkan mampu mendekatkan manusia pada nilai-nilai kehidupan dan mempertemukannya dengan mengetahui pendapat mana yang harus ditolak, mana yang disetujui, dan kapan saat yang tepat untuk menerimanya bahwa mereka bisa memberi makna pada kehidupan.
Ilmu pengetahuan merupakan bagian dari landasan terbentuknya peradaban, dan perkembangannya harus berlangsung paralel dengan perkembangan bidang filsafat dan logika. Melalui perkembangan ilmu pengetahuan, filsafat dan logika yang seimbang, mereka saling mendukung dan Saling mengontrol, terutama terkait landasan epistemologis (metode) dan aksiomatik (nilai) ilmu pengetahuan, pada akhirnya bermuara pada terbentuknya peradaban manusia yang berbudi luhur dan bermanfaat. Pengetahuan teknis, kreativitas filosofis, dan perkembangan logika tidak dapat dijelaskan secara terpisah dari bahasa. Dalam bahasa manusia, objek dan peristiwa mendapat bentuk dinamis. Manusia tidak dapat berinteraksi secara langsung dengan dunia. Manusia memerlukan simbol bahasa dan kata. Dan bahasa sebagai sistem simbolik juga dapat digunakan dalam arti yang lebih luas. Artinya, bahasa menjadi alat perubahan ideologi, ilmu pengetahuan, dan hasil refleksi filosofis, agar ilmu pengetahuan manusia terus berkembang. Kelahiran bahasa terkait dengan kelahiran budaya. Melalui kebudayaan, segala kreasi yang dihasilkan dari ilmu yang dimiliki seseorang juga dapat dimiliki oleh orang lain dan diwariskan kepada generasi berikutnya. Oleh karena itu, jelaslah bahwa ilmu pengetahuan, filsafat, logika, dan bahasa telah menjadi alat penting dalam membangun peradaban maju sepanjang sejarah umat manusia, baik dari segi material maupun intelektual dan spiritual.
Kesimpulan
Tuhan memberikan kepada manusia potensi besar akal sebagai alat berpikir. Manusia dapat menggunakan otaknya untuk mempelajari dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memudahkan banyak hal dalam aktivitas manusia. Dan dengan nalar, manusia juga bisa mengembangkan penelitian filosofis. Berkat pencapaian ilmu pengetahuan, teknologi, dan penemuan filosofis, manusia telah mampu menciptakan sebanyak peradaban sepanjang sejarahnya. Ilmu pengetahuan dan filsafat memudahkan manusia untuk mengembangkan potensinya dan melangkah maju dalam kehidupan. Terlebih lagi, manusia membutuhkan logika sebagai prinsip berpikir yang benar, dan hasil ilmu pengetahuan dan filsafat tidak boleh bersifat duniawi atau hampa nilai. Terlebih lagi, capaian ilmu pengetahuan, filsafat, dan logika tidak dapat diketahui masyarakat umum jika tidak dikomunikasikan melalui bahasa. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan, filsafat, logika, dan bahasa masing-masing memiliki kepentingannya masing-masing dalam sejarah peradaban, dan keempat peran tersebut dalam terkadang memerlukan dialog dan kerjasama, serta telah membentuk peradaban mulia sepanjang sejarah kehidupan.
Daftar Pustaka
Edi Sumanto. 2017. Hubungan Filsafat dengan Bahasa. Diakses pada 20 Desember 2023
Inayatur Rosyidah. 2010. Relevansi Ilmu Pengetahuan, Filsafat, Logika dan Bahasa dalam membentuk peradaban. Diakses pada 20 Desember 2023
Verdi Yasin, dkk. 2018. Filsafat Logika dan Ontologi Ilmu Komputer. Diakses pada 20 Desember 2023
A Sadapotto, dkk. 2021. Filsafat Bahasa. Diakses pada 20 Desember 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H