Â
Peringatan Hari Tani Nasional 24 September 2024 terusik oleh masalah semakin sempitnya lahan tanaman kentang di negeri ini.Â
Padahal konsumsi kentang semakin meningkat dan impor kentang semakin bertambah dan terus membanjiri pasar domestik. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan produksi kentang Indonesia pada 2023 menyentuh, 1,2 juta ton. Jumlah ini turun sekitar 18 persen dari produksi 2022 yang mencapai 1,5 juta ton.
Produksi kentang pada 2023 merupakan yang terendah dalam periode tiga tahun terakhir. Selain itu, luas panen juga menyusut sebesar 18 persen dari 76.728 hektare menjadi 62.436 hektare.Â
Berdasarkan sebaran provinsi, Pulau Jawa masih mendominasi produksi kentang selama dua tahun terakhir. Di saat yang sama, Pulau Kalimantan terpantau belum kunjung menyuplai komoditas tersebut.
Dari keseluruhan produksi, Jawa Timur menjadi produsen kentang paling produktif. Meskipun demikian, total produksi di provinsi itu turun dari 385.124 ton di 2022 menjadi 255.722 ton.Â
Sementara luas panen ikut menyusut hingga 26%. Serupa dengan Jatim, angka produksi kentang asal Jawa Tengah dan Jawa Barat juga anjlok masing-masing sebesar 12% dan 16%. Apabila digabung, total luas panen dari kedua provinsi tersebut hanya tersisa 14,257 hektare atau turun 15%.
Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran utama yang mengandung protein, asam amino esensial, mineral, vitamin C, dan vitamin B (tiamin, niasin, B6).Â
Kentang dapat dijadikan berbagai macam produk olahan atau bahan baku industri. Tingginya permintaan kentang, merupakan peluang bagi pengusaha agribisnis kentang dan industri berbahan baku kentang.Â
Untuk menghasilkan kentang berkualitas perlu didukung oleh ketersediaan benih kentang bermutu. Benih bermutu diperoleh melalui proses produksi yang mengikuti standar ketentuan yang berlaku melalui Standar Nasional Indonesia (SNI).
Semenjak pertama kali ditemukan di Amerika Selatan pada 1791, kentang telah melintasi berbagai penjuru dunia hingga menjadi komoditas pangan umum. Di Indonesia, produksi kentang kian menyusut diikuti oleh penyempitan lahan tanam.
Karena jasa Columbus kentang yang semula hanya tumbuh di sebagian kecil Amerika Selatan, bisa menyebar keseluruh dunia.Â
Daerah Amerika Selatan yang menjadi tempat asal mula kentang ini tepatnya di sekitar danau Titicaca, di daerah pegunungan Andes, dekat perbatasan Peru dan Bolivia.Â
Dari sini, kentang menyebar ke Peru, Bolivia, Cili, Kolombia, dan Ekuador. Kemudian, kentang dibawa ke Spanyol pada abad XVI. Oleh para pedagang Spanyol, baik lewat daratan maupun larutan, kentang ke seluruh benua Eropa.
Menurut penelitian tanaman kentang yang pertama masuk masuk Indonesia adalah kentang yang berasal dari Amerika Utara. Kentang ini pada tahun 1794 ditemukan di sekitar Cimahi, Bandung.Â
Kemudian, sekitar tahun 1811 disebarkan disebarkan di daerah Karo, Sumatera Utara, Aceh, Padang, Bengkulu,Palembang, Minahasa, Bali, Flores, Seram, dan Timor.Â
Maraknya kentang impor menekan harga kentang di tingkat petani dalam negeri. Cina merupakan produsen kentang terbesar kedua di dunia. Menurut FAO, sekitar 12 persen dari produksi kentang dunia adalah Cina.
Bahkan, tren produksi kentang Cina memiliki pengaruh yang signifikan pada tren dunia kentang
Masalah benih kentang masih menjadi perhatian di Indonesia. Kebutuhan benih mesti terpenuhi sesuai kebutuhan varietas, jumlah, mutu, waktu, dan lokasi yang tepat.Â
Pentingnya usaha perbenihan yang tangguh dan mandiri dengan skala usaha yang layak secara komersial dan berkesinambungan.
Masalah penyempitan area tanaman kentang bisa diatasi dengan teknologi aeroponik. Keuntungan menggunakan aeroponik selain praktis, tidak perlu menggunakan media campuran tanah dan pupuk kandang steril, tidak banyak menggunakan pestisida, menghasilkan benih umbi yang sehat dan bersih,tetapi produksi tinggi.Â
Bisa 10 kali lipat dibandingkan cara konvensional. Teknik ini lebih mudah dipanen dan diatur sesuai ukuran yang diinginkan, Selain itu kebutuhan tenaga kerja juga sedikit, cukup cukup 1 orang pekerja.Â
Teknik aeroponik memiliki keunggulan karena bebas patogen (bakteri dan cendawan), nutrisari dapat diatur dan secara optimum diserap oleh tanaman.
Perlu membenahi Balai Pengembangan Benih Kentang Dinas Pertanian Tanaman Pangan yang selama ini berperan sebagai seed centre menghasilkan benih sumber kelas G0, G1, G2 dan G3 terbaik mutunya dan memiliki andil yang cukup besar terhadap pemenuhan kebutuhan benih kentang.
Selain sebagai pusat perbanyakan benih kentang, juga berperan sebagai pusat teknologi dan pembelajaran dalam perbenihan kentang.Â
Teknologi yang diterapkan di Balai Pengembangan Benih Kentang yaitu teknologi perbanyakan benih sumber melalui kultur jaringan, teknologi perbanyakan benih kentang G0 bebas virus (konvensional), teknologi aeroponik yang dapat menghasilkan benih kentang G0 dengan produktivitas 5-10 kali lipat, teknologi perbanyakan benih kentang G1 bebas virus, teknologi irigasi tetes dan sprinkler di kebun benih yang dapat mengefisiensikan penggunaan air.
Selain budidaya kentang jenis Granola yang selama ini digiatkan, kentang jenis Atlantik juga perlu digenjot produksinya. Kentang Atlantik pada umumnya menjadi bahan baku industri makanan ringan seperti keripik.Â
Namun, bibitnya kebanyakan masih diimpor dari Australia. [SRIM]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya