Mohon tunggu...
Sri Maryati
Sri Maryati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Mengalirkan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Mencari Kekuatan Konteks dalam Kampanye Pilkada

30 Agustus 2024   16:24 Diperbarui: 31 Agustus 2024   01:21 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasangan calon wali kota Bogor dan wakilnya menggunakan delman. (KOMPAS.com / Ramdhan Triyadi Bempah)

Apalagi sebagian besar guru di daerah masih terkendala mengakses modul. Untuk itu kepala daerah perlu menggiatkan sosialisasi kurikulum dan modul belajar di daerah tertinggal dengan melibatkan organisasi dan media lokal.

Salah satu blessings in disguise dari era pandemi (di antara dampak ekonomi yang berat) adalah terjadinya percepatan transformasi digital. Presiden Joko Widodo telah menginstruksikan percepatan transformasi digital pada delapan sektor strategis dimana salah satunya adalah pendidikan.

Untuk mewujudkan transformasi diatas perlu kolaborasi pentahelix yang sinergis dalam mengawal transformasi digital dunia pendidikan di tanah air. Indonesia secara umum adalah pasar nomor tujuh dunia. Dalam dunia pendidikan ada 300 ribu sekolah (dengan sekitar 68 juta siswa) yang perlu ditransformasikan.

Proses pembelajaran tidak lagi dilaksanakan dengan mengandalkan guru sebagai pembimbing. Masyarakat luas serta rekan sesama siswa justru akan menempati peran penting dalam mereka belajar. Proses belajar harus terselenggara secara menyenangkan.

Konsep di atas hanya dapat terselenggara dengan menggunakan bantuan teknologi informasi. Layanan pembelajaran konvensional lewat tatap muka sudah selayaknya dilengkapi dengan kemampuan untuk belajar jarak jauh. E-Learning tidak lagi menjadi sebuah wacana, tapi harus masuk sebagai sebuah syarat terciptanya proses pembelajaran kekinian yang menyenangkan.

Platform e-Learning seyogyanya berpusat pada siswa, interdisipliner, relevan, berbasis proyek, dan kolaboratif. Sementara kala membangun sekolah/lingkungan belajar masa depan sebaiknya aman dan inklusif, memanfaatkan teknologi, kolaboratif, eksploratif, kreatif, dan menerapkan sistem belajar berbasis pengalaman. [SRIM]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun