Mohon tunggu...
Sri MarlinangGirsang
Sri MarlinangGirsang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Nasional

sejak kecil saya senang mencurahkan segala reaksi yang saya dapat dalam bentuk tulisan. namun untuk menjadi seorang penulis yang profesional tentu saya masi jauh dari kata tersebut, maka dari itu dengan terus mengasah diri dan mempelajari ilmu jurnalisme pada jurusan jurnalistik yang sekarang sedang saya lakukan, berharap dapat menghantarkan saya pada cita-cita yang saya inginkan di masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kisah Pak Asril Pemulung Jalanan: Saya Gak Gila Berkat Agama yang Kuat

19 Januari 2024   15:15 Diperbarui: 19 Januari 2024   15:17 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

JAKARTA, 19 JANUARI 2024 -- Berpuluh-puluh tahun hidup di Jakarta menjadi pemulung, tentu tidak mudah bagi  Pak Asril.

Menjadi pemulung bukanlah keinginan Pak Asril, saat muda dia adalah seorang karyawan di salah satu pabrik di Bojong Gede, namun penyakit yang di derita pak Asril telah mengubah total kehidupannya. Kecintaan Pak Asril akan tanah kelahirannya adalah alasan utama dia tidak meninggalkan Jakarta dan memutuskan untuk hidup di jalan sebagai pemulung.

Dengan pendidikan terakhir Sekolah Menengah Atas (SMA) serta ajaran agama yang kuat, Pak Asril nekat bertahan hidup sendiri di Jakarta. Hingga kini, dia juga harus memikirkan perihal kesembuhan penyakit yang dideritanya.

Terminal Pasar Minggu, tepatnya malam hari adalah titik terakhir tempat pak Asril untuk tidur, tidak jarang saat Pak Asril kelelahan memulung di siang hari, dia tidur di trotoar untuk istirahat sejenak sebelum kemudian kembali melanjutkan aktivitasnya. Saat ditemui, Pak Asril sedang beristirahat.

"Tadi pagi saya habis muter keliling nyari botol, jadi ini saya istirahat dulu ( dari memulung)," katanya pada Rabu (17/01/2024).

Sambil istirahat, dia bercerita tentang kisahnya dan bercerita tentang kesehariannya. Dia mengatakan, jika beruntung dalam sehari dia bisa dapat Rp 50.000. Tapi, jika tidak dia hanya mendapatkan Rp 10.000 -- Rp 30.000.

Uang itu harus cukup untuk kehidupannya dan untuk membeli obat jika penyakitnya kambuh.

"Ya dicukup-cukupin untuk beli makan, beli minum sama beli obat kalau ini perut kambuh," Kata pria 56 tahun itu.

Dengan segala perjalanan hidup yang telah dilalui oleh Pak Asril, telah banyak mengubah pandangannya akan arti kehidupan. Apalagi, menurut dia, hidup di dunia cuman sementara, sekrang dia cuman perlu perbanyak ibadah dan amalan agar jalannya nanti di permudah saat Allah memanggil.

Pak Asril mengatakan selain memulung dia juga aktif ikut pengajian di mesjid terdekat, tidak jarang juga membantu pekerjaan orang lain, saat arus lalu lintas padat dia juga sering membantu orang-orang menyebrang sebagai bentuk pahala yang dia cari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun