JAKARTA, 19 JANUARI 2024 -- Berpuluh-puluh tahun hidup di Jakarta menjadi pemulung, tentu tidak mudah bagi  Pak Asril.
Menjadi pemulung bukanlah keinginan Pak Asril, saat muda dia adalah seorang karyawan di salah satu pabrik di Bojong Gede, namun penyakit yang di derita pak Asril telah mengubah total kehidupannya. Kecintaan Pak Asril akan tanah kelahirannya adalah alasan utama dia tidak meninggalkan Jakarta dan memutuskan untuk hidup di jalan sebagai pemulung.
Dengan pendidikan terakhir Sekolah Menengah Atas (SMA) serta ajaran agama yang kuat, Pak Asril nekat bertahan hidup sendiri di Jakarta. Hingga kini, dia juga harus memikirkan perihal kesembuhan penyakit yang dideritanya.
Terminal Pasar Minggu, tepatnya malam hari adalah titik terakhir tempat pak Asril untuk tidur, tidak jarang saat Pak Asril kelelahan memulung di siang hari, dia tidur di trotoar untuk istirahat sejenak sebelum kemudian kembali melanjutkan aktivitasnya. Saat ditemui, Pak Asril sedang beristirahat.
"Tadi pagi saya habis muter keliling nyari botol, jadi ini saya istirahat dulu ( dari memulung)," katanya pada Rabu (17/01/2024).
Sambil istirahat, dia bercerita tentang kisahnya dan bercerita tentang kesehariannya. Dia mengatakan, jika beruntung dalam sehari dia bisa dapat Rp 50.000. Tapi, jika tidak dia hanya mendapatkan Rp 10.000 -- Rp 30.000.
Uang itu harus cukup untuk kehidupannya dan untuk membeli obat jika penyakitnya kambuh.
"Ya dicukup-cukupin untuk beli makan, beli minum sama beli obat kalau ini perut kambuh," Kata pria 56 tahun itu.
Dengan segala perjalanan hidup yang telah dilalui oleh Pak Asril, telah banyak mengubah pandangannya akan arti kehidupan. Apalagi, menurut dia, hidup di dunia cuman sementara, sekrang dia cuman perlu perbanyak ibadah dan amalan agar jalannya nanti di permudah saat Allah memanggil.
Pak Asril mengatakan selain memulung dia juga aktif ikut pengajian di mesjid terdekat, tidak jarang juga membantu pekerjaan orang lain, saat arus lalu lintas padat dia juga sering membantu orang-orang menyebrang sebagai bentuk pahala yang dia cari.
" Saya juga aktif ikut pengajian, sholat tepat waktu ya karena memang saya cuman mau itu aja hidup di dunia ini." Katanya.
Yang jelas, Pak Asril akan berjuang dan percaya bahwa Tuhan telah mengatur sebaik-baiknya rencana kehidupan untuknya. Sebab, dia telah banyak melihat teman-temannya yang bernasib hampir sama dengan dia sudah tidak lagi punya tujuan hidup dan gila di jalanan.
Saat ditanya mengenai keinginan Pak Asril yang dia inginkan tapi belum terwujud sampai sekarang, sambil menangis Pak Asril menjawab " Saya pengin banget punya keluarga, punya istri dan anak" (Sri Marlinang Girsang)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H