Perhatian Islam tentang kesehatan di antaranya adalah perintah dan anjuran menjaga kebersihan. Untuk itu dapat dipahami pula apabila ulama fiqih dalam khazanah intelektual akademik selalu diawali dengan "Bab thahrah" yaitu pembahasan mengenai kesucian atau kebersihan. Bersiwak merupakan suatu budaya pra Islam yang berkaitan dengan kebiasaan untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut. Hal ini mengindikasikan bahwa sesungguhnya kebiasaan bersiwak sudah dilakukan atau sudah dipraktikkan jauh sebelum keberadaan lslam.
Pada masa Islam kebiasaan bersiwak menjadi sebuah anjuran untuk dilakukan demi menjaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut berdasarkan kebiasaan dan hadis. Terdapat banyak sekali hadis yang mengungkapkan tentang bagaimana sering dan pentingnya bersiwak dilakukan oleh Nabi Muhammad saw dan demikian juga bagi umatnya.Â
Pada saat ini, banyak sunnah nabi yang terlupakan, padahal banyak kelebihan sunnah yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan tidak bertolak belakang dengan kesehatan. Ada juga orang yang percaya kepada sunnah, namun hanya percaya kepada ibadah maghdoh saja, tidak percaya kepada sunnah tentang bersiwak misalnya. Atau percaya kepada sunnah, namun tidak mau mengerjakannya. Sunnah nabi yang merupakan wahyu dapat bermanfaat banyak bagi kehidupan manusia. Banyak sunnah nabi yang dapat dibuktikan kebenarannya pada saat ini melalui dunia medis. Adapun sunnah nabi yang bermanfaat bagi kesehatan seperti: buang air kecil dan besar sambil jongkok, makan dan minum sambil duduk, tidur dengan cara berbaring miring kekanan dan lainnya. Ketiga sunnah tersebut pada saat ini secara medis sudah terbukti mendukung kesehatan hidup.
Bersiwak merupakan sunnah Rasulullah Saw. Bersiwak merupakan pekerjaan yang ringan namun memiliki faedah yang banyak, baik bersifat keduniaan yaitu berupa kebersihan mulut, sehat dan putihnya gigi, menghilangkan bau mulut, dan lain-lain, maupun faedah-faedah yang bersifat akhirat, yaitu ittiba', kepada Nabi Muhammad saw. dan mendapatkan keridhoan dari Allah SWT. Siwak juga memiliki manfaat jauh lebih unggul daripada sikat gigi dan pasta gigi karena siwak berfungsi sebagai sikat dan pasta sekaligus. Dengan bersiwak kita berupaya untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut.
Siwak pada saat ini kalah populer dengan sikat gigi. Memang banyak faktor yang mempengaruhi terlupakannya siwak ditengah kaum muslimin, khususnya di Indonesia, seperti kurangnya sosialisasi manfaat siwak dari sisi agama dan kesehatan. Ditinjau dari kesehatan, siwak juga memiliki manfaat yang jauh lebih unggul dari sikat dan pasta gigi, karena siwak berfungsi sebagai sikat dan pasta sekaligus. Siwak juga menjaga kebersihan mulut jauh lebih lama dibanding sikat dan pasta gigi biasa karena kandungan zat-zat yang dibutuhkan untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut. Siwak termasuk thibbun Nabaw. Selanjutnya, banyak penelitian ilmiah yang menegaskan adanya manfaat siwak untuk mulut dan gigi serta manfaat lain dari sisi agama.
Kesehatan gigi dan mulut merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan. Hal ini terlihat dari tingginya angka penyakit gigi dan mulut penduduk Indonesia yang mencapai 90% dengan prevalensi terbesar adalah penyakit jaringan penyangga gigi dan karies gigi.Sejak zaman dahulu perhatian terhadap kesehatan gigi dan mulut sudah berlangsung di berbagai negara.
- Definisi SiwakÂ
Chewing stick atau siwak sudah digunakan penduduk Babilonia semenjak awal abad 3500 SM. Bangsa Arab lebih mengenal sebagai siwak, arak, miswak, dalam bahasa Prancis lebih dikenal dengan sebutan arbre a curedents. Bahasa Jepang siwak disebut Koyoji, sedangkan dalam bahasa lnggris disebut chewing stick dan toothbrush tree.Penggunaan kayu kunyah sebagai usaha menjaga kebersihan rongga mulut berasal dari tanaman yang berbeda-beda pada setiap negara. Di Timur Tengah, tanaman yang digunakan sebagai kayu kunyah berasal dari tanaman Arak (Salvadora persica), di Afrika Barat banyak digunakan pohon limun (Citrus aurantafolia) dan pohon jeruk (Citrus sinesis).Sedangkan orang Amerika yang berkulit hitam menggunakan akar tanaman Senna (Cassiva vinea), Laburnum Afrika (Cassiva sieberianba) digunakan di Sierre Leone serta Neern (Azasirachta indica) digunakan secara luas di benua India, Pakistan, dan Nepal.
Siwak atau miswak, merupakan bagian dari batang, akar atau ranting tumbuhan Salvadora persica yang kebanyakan tumbuh di daerah Timur Tengah, Asia, dan Afrika. Salvadora persica adalah sejenis pohon semak belukar dengan 19 batang utama berbentuk tegak dan memiliki banyak cabang yang rindang, daun muda berwarna hijau. Batang kayu berwarna coklat, bertekstur sedikit kasar. Daunnya berbentuk bulat sampai lonjong, berwarna hijau tua. Bunga berwarna hijau kekuningan, kecil. Buah nya berdiameter 5-10 mm, berwarna pink, apabila sudah matang maka warna akan berubah menjadi merah.15 Miswak biasanya diambil dari akar dan ranting tanaman arak (Salvadora persica) yang berdiameter antara 0,1 sampai 5 cm. Siwak juga bisa berasal dari ranting pohon lain seperti zaitun atau sejenis pohon sambur.Tetapi siwak terbaik biasanya menggunakan ranting pohon arak, terutama yang berwarna hijau.
- Sejarah Bersiwak
Siwak sudah digunakan berabad-abad yang lalu pada masa kekaisaran Yunani dan Romawi. Siwak semakin dikenal di wilayah Timur Tengah dan Amerika Selatan, dan sekarang siwak masih digunakan oleh penduduk Afrika, Asia, Mediterania, Amerika Selatan dan diberbagai negara lain. Pada awalnya, siwak adalah merupakan tanaman obat yang digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit. Buah dan daunnya digunakan sebagai obat reumatik topikal, splenomegali, dan dapat pula digunakan sebagai penawar racun. Bahkan dalam pengembangannya, daunnya sering digunakan sebagai tonik pada saluran cerna, diuretik, analgesik, antihelmintik, aprodisiac, anti inflamasi, antipiretik, pengurang gejala asma dan batuk, serta penguat gigi.
Pada negara-negara berkembang, dimana kesehatan gigi dan mulut masih belum menjadi perhatian penuh bagi masyarakat, keberadaan siwak sangatlah membantu dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut. Selain karena harganya murah dan mudah didapat, penggunaannya juga sangatlah mudah. Dapat digunakan sebagai rebusan, kemudian digunakan untuk berkumur, maupun dikunyah langsung batang maupun daunnya. Namun karena rasa daun siwak yang pahit, masyarakat luas lebih sering menggunakan batangnya.
Siwak telah banyak digunakan di negara negara yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam, seperti negara negara di Timur Tengah, Pakistan, Nepal, India, Malaysia, India dan Indonesia sendiri. Siwak digunakan sebagai alat pembersih gigi yang telah terbukti secara ilmiah dapat membantu memelihara kesehatan gigi dan mulut, dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa sekarang telah diproduksi pasta gigi yang mempunyai komposisi ekstrak siwak, dan berdasarkan penelitian di sejumlah negara diketahui kemampuan antibakterial dan antifungalnya.Penelitian terbaru di Persia, siwak yang dikeringkan terlebih dahulu ternyata memiliki efek antibakterial dan antifungal yang lebih baik daripada siwak yang masih basah.
Selain karena faktor religi dan budaya, dibeberapa tempat yang menjadi habitat tanaman siwak masih digunakan oleh masyarakat dengan berbagaialasan, diantaranya karena lebih murah, mudah di dapat, dan ramah lingkungan. Banyak peneliti yang mengemukakan bahwa banyak sekali manfaat siwak diantaranya seperti memelihara kesehatan gigi, mencegah pembentukan plak, mencegah gigi berlubang dan bau mulut, serta memperkuat struktur gusi. Beberapa penelitian melaporkan bahwa siwak mengandung bahan antibakterial yang memiliki efek terhadap bakteri karies dan bakteri periodontal yang patogen.
- Definisi Thaharah
Thaharah (bersuci) menurut bahasa berarti bersih dan membersihkan diri dari kotoran yang bersifat hissiy (inderawi) seperti najis dan kotoran yang ma'nawi seperti cacat fisik maupun nonfisik (aib). Sedangkan menurut syara', thaharah adalah sesuatu yang dihukumi wajib untuk melaksanakan shalat seperti wudhu, mandi, tayammum dan menghilangkan najis lainnya. Beberapa macam thaharah, yaitu wudhu untuk menghilangkan hadats kecil, mandi untuk menghilangkan hadats besar serta tayamum untuk menggantikan wudlu dalam keadaan tertentu. Thaharah pada dasarnya adalah sebuah ibadah yang mencakup seluruh ibadah lainnya. Tanpa adanya thaharah mustahil akan terwujud ibadah yang sah karena ibadah yang dilakukan seorang hamba harus dalam keadaan yang bersih dansuci (thaharah wa nadhafah) untuk mencapai kesempurnaan ibadah. Thaharah menurut bahasa berarti bersuci. Menurut syara' atau istilah adalah membersihkan diri, pakaian, tempat, dan benda-benda lain dari najis dan hadats menurut cara-cara yang ditentukan oleh syariat Islam.
Thaharah (bersuci) menurut pembagianya dapat dibedakan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu:
1. Bersuci Lahiriah
Thaharah (bersuci) yang bersifat lahiriah adalamembersihkan diri, tempat tinggal, lingkungan dari segala bentuk kotoran, hadats dan najis. Membersihkan diri dari najis adalah membersihkan badan, pakaian, dan tempat yang didiami dari kotoran sampai hilang rasa, bau dan warnanya.
2. Bersuci Batiniah
Thaharah (bersuci) batiniah adalah membersihkan jiwa dari kotoran batin berupa dosa dan perbuatan maksiat seperti: iri, dengki, takabur dan sombong. Cara membersihkannya dengan taubatan nashuha (taubat yang sungguh-sungguh), yaitu memohon ampun kepada Allah SWT dan berjanji tidak akan mengulang kembali perbuatan tersebut.Ada beberapa pernyataan yang sudah sangat populer di tengah masyarakat, namun sebenarnya masih perlu mendapatkan penelitian dan pencermatan yang mendalam, yaitu pernyataan: (kebersihan bagian dari keimanan). Ungkapan kata di atas sangat populer, sehingga pernyataan ini dapat diketemukan dalam berbagai media penyiaran: baliho, baik cetak maupun elektronik, pamflet, poster, stiker dan bahkan iklan layanan masyarakat di media cetak, maupun elektronik. Banyak juga juru dakwah, pengkhutbah (pemberi kultum), sambutan-sambutan dari para pejabat yang mengutip pernyataan ini dan menjadikannya sebagai dalil akli.
- Ayat-ayat Thaharah
Terdapat dalam surah : At-Thaubah 108, Al-Maidah ayat 6, Al-A'raf ayat 82, An-Naml ayat 56 dan  Al-Baqarah ayat 222. Kita bahas ayat Thaharah di surah At-Taubah ayat 108 :
"Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar takwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih".
Dalam Kitab Tafsir Jalalain dijelaskan bahwa maksud dari ayat tersebut adalah (Janganlah kamu berdiri) melakukan salat (dalam mesjid itu selama-lamanya) kemudian Nabi saw. mengirimkan segolongan para sahabatnya guna merobohkan dan membakarnya. Kemudian mereka menjadikan bekas mesjid itu sebagai tempat pembuangan bangkai. (Sesungguhnya mesjid yang didirikan) dibangun dengan berlandaskan kepada pondasi (takwa, sejak hari pertama) yaitu mesjid yang didirikan oleh Nabi saw. sewaktu pertama kali beliau menginjakkan kakinya di tempat hijrahnya itu, yang dimaksud adalah mesjid Quba. Demikianlah menurut penjelasan yang telah dikemukakan oleh Imam Bukhari (adalah lebih berhak) daripada mesjid dhirar itu (kamu salat) untuk melakukan salat (di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang) kaum Ansar (yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih) artinya, Allah akan memberikan pahala kepada mereka. Lafal al-muththahhiriina asalnya ialah al-mutathahhiriinakemudian huruf ta diidgamkan kepada huruf tha yang asal, kemudian jadilah al-muththahhiriina. Ibnu Khuzaimah di dalam kitab sahihnya telah meriwayatkan sebuah hadis melalui Uwaimir bin Saidah, bahwasanya pada suatu hari Nabi saw. mendatangi mereka (para sahabat) di mesjid Quba. Kemudian beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah swt. telah memuji kalian dengan baik atas pembersihan diri kalian sehubungan dengan kisah mesjid kalian ini (Quba). Maka cara pembersihan apakah yang sedang kalian lakukan sekarang ini?" Mereka menjawab, "Demi Allah, wahai Rasulullah, kami tidak mengetahui apa-apa melainkan kami mempunyai tetangga-tetangga Yahudi; mereka lalu membasuh dubur mereka setelah buang air besar, maka kami punmelakukan pembasuhan seperti apa yang mereka lakukan." Menurut hadis yang lain, yang telah diriwayatkan oleh Imam Bazzar disebutka bahwa para sahabat mengatakan, "Akan tetapi kami memakai batu terlebih dahulu, kemudian baru kami memakai air." Maka Nabi saw.menjawab, "Itulah yang benar, maka peganglah cara ini oleh kalian."
Ibnu Kasir menjelaskan dalam Tafsirnya bahwa penyebab turunnya ayat-ayat ini ialah bahwa sebelum kedatangan Nabi Saw. di Madinah terdapat seorang lelaki dari kalangan kabilah Khazraj yangdikenal dengan nama Abu Amir Ar-Rahib. Sejak masa Jahiliah dia telah masuk agama Nasrani dan telah membaca ilmu ahli kitab. Ia melakukan ibadahnya di masa Jahiliah, dan ia mempunyai kedudukan yang sangat terhormat di kalangan kabilah Khazraj. Ketika Rasulullah saw. tiba di Madinah untuk berhijrah, lalu orang-orang muslim berkumpul bersamanya, dan kalimah Islam menjadi tinggi serta Allah memenangkannya dalam Perang Badar, maka si terkutuk Abu Amir ini mulai terbakar dan bersikap oposisi serta memusuhi beliau secara terang-terangan. Ia melarikan diri bergabung dengan orang-orang kafir Mekah dari kalangan kaum musyrik Quraisy dan membujuk mereka untuk memerangi Rasulullah saw. Maka bergabunglah bersamanya orang-orang dari kalangan Arab Badui yang setuju dengan pendapatnya, lalu mereka datang pada tahun terjadinya Perang Uhud. Maka terjadilah suatu cobaan yang menimpa kaum muslim dalam perang itu. tetapi akibat yang terpuji hanyalah bagi orang-orang yang bertaqwa.
- Hadis-hadis Tentang Bersiwak
Sebenarnya banyak hadis yang membahahas dasar pensyariatan dan keutamaan siwak terdapat dalam banyak dalil dari hadits yang, namun saya hanya mengambil beberapa diantaranya sebagai berikut:
Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi saw. beliau bersabda, "Seandainya bukan karena khawatir akan memberatkan orang-orang mukmin, pasti aku perintahkan mereka mengakhirkan sholat isya dan bersiwak setiap akan melaksanakan sholat (Shahih: Muttafaq Alaih), namun tidak termasuk perintah mengakhirkan sholat Isya".
"Kalau bukan karena akan memberatkan umatku maka akan kuperintahkan mereka untuk bersiwak setiap akan wudlu" (HR. Bukhari-Muslim)
Ibnu Daqiqil 'Ied menjelaskan sebab sangat dianjurkannya bersiwak ketika akan shalat, beliau berkata: "Rahasianya yaitu bahwasanya kita diperintahkan agar dalam setiap keadaan ketika bertaqorrub kepada Allah, kita senantiasa dalam keadaan yang sempurna dan dalam keadaan bersih untuk menampakkan mulianya ibadah". Dikatakan bahwa perkara ini (bersiwak ketika akan shalat) berhubungan dengan malaikat karena mereka terganggu dengan bau yang tidak enak. Berkata Imam As-Shan'ani : "Dan tidaklah jauh (jika dikatakan) bahwasanya rahasianya adalah digabungkannya dua perkara yang telah disebutkan (di atas) sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari hadits Jabir Radhiyallahu 'anhu.: "Barang siapa yang makan bawang putih atau bawang merah atau bawang bakung maka janganlah dia mendekati mesjid kami. Sesungguhnya malaikat terganggu dengan apa-apa yang bani Adam terganggu dengannya" (HR. Bukhari).
      Dan ternyata Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak hanya bersiwak ketika akan shalat saja, bahkan beliau juga bersiwak dalam berbagai keadaan. Diantaranya ketika dia masuk kedalam rumah
"Telah meriwayatkan Syuraih bin Hani, beliau berkata : "Aku bertanya kepada 'Aisyah : "Apa yang dilakukan pertama kali oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam jika dia memasuki rumahnya ?" Beliau menjawab:"Bersiwak". (HR. Muslim)
Atau ketika bangun malam, sebagaimana hadis Nabi riwayat Hudzaifah bin Yamani yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari:
"Dari Hudzaifah ibnul Yaman Radhiyallahu 'anhu, dia berkata : "Adalah Rasulullah jika bangun dari malam dia mencuci dan menggosok mulutnya dengan siwak". (HR. Bukhari).
Bahkan dalam setiap keadaan pun boleh bagi kita untuk bersiwak. Sesuai dengan hadits di atas Rasulullah Saw memutlakkannya dan tidak mengkhususkannya pada waktu-waktu tertentu. Oleh karena itu siwak boleh dilakukan setiap waktu, sehingga tidak disyaratkan hanya bersiwak ketika mulut dalam keadaan kotor.
Mungkin timbul pertanyaan kenapa Nabi saw. menganjurkan siwak dengan kayu Arak. Ternyata memang terdapat manfaat yang sangat besar, baik dari segi keagamaan, kesehatan dan juga Iptek. Jika memang keberadaan dan keutamaan siwak seperti ini juga menyebabkan memperoleh ridha Allah swt. dan Nabi saw. sendiri yang menganjurkan umat ini untuk memperbanyak bersiwak, serta beliau juga sangat sering menggunakannya sampai pada waktu ajal akan menjemputnya sehingga beliau saw. menutup matanya yang terakhir.
- Bersiwak di Tinjau dari Segi Iptek
Islam sangat memperhatikan kebersihan badan, pakaian, dan tempat (lingkungan). Karena itu, untuk melaksanakan shalat lima waktu, Islam mensyari'atkan wudhu dan mensunnahkan bersiwak (menyikat gigi) sebelum berwudhu, juga setiap bangun tidur dan setelah makan, apalagi ketika akan membaca Alquran. Nabi saw. menekankan pelaksanaannya mengingat banyaknya faedah dan keagungan membersihkan gigi.Benda yang disunnahkan yang dapat menyucikan mulut dan membersihkan gigi misalnya sikat gigi dan kayu Arak yang suka dipakai oleh Nabi saw. Kayu Arak ini tentu lebih baik daripada benda yang lain, seperti sikat gigi, pasta gigi, obat kumur dan lain sebagainya yang memang memiliki khasiat dalam masalah mulut, gigi dan gusi.
Mulut sesuai dengan fungsinya sebagai tempat masuknya makanan dan minuman serta posisinya yang berhubungan langsung dengan dunia luar, menjadikannya sebagai lahan kondusif bagi banyak bakteri. Bakteri tersebut biasa disebut dengan bakteri mulut. Bakteri-bakteri tersebut tidak bereaksi di dalam tubuh orang sehat dan hidup damai dengannya,namun akan berubah menjadi penyakit jika berada di dalam mulut dan di sela-sela gigi yang terdapat sisa-sisa makanan dan minuman.
Bakteri tersebut bekerja mengurai dan melakukan fermentasi sisa-sisa makanan dan minuman sehingga dapat menimbulkan bau tidak sedap dan penyakit. Bakteri-bakteri tersebut juga menimbulkan pengeroposan gigi atau penumpukan zat garam disekitar gigi yang selanjutnya menimbulkan kerak kuning pada gigi atau peradangan gusi dan pyorrhea (beser nanah pada gusi atau selaput tulang gigi). Di samping itu, bakteri-bakteri tersebut juga bisa berpindah ke dalam tubuh dan menimbulkan berbagai peradangan, seperti gastritis (peradangan pada bronkus), sinusitis (peradangan pada sinus), atau bronkitis (peradangan pada bronkus). Bakteri-bakteri tersebut bisa menyebabkan munculnya abscess (kumpulan nanah setempat yang terkubur dalam jaringan) pada bagian-bagian tubuh, menyebabkan keracunan darah, bakteremia, dan menimbulkan berbagai penyakit demam menyeluruh. Dalam hal ini, siwak memilik peranan penting dalam menekan atau mengurangi penyakit akibat bakteri-bakteri tersebut. Air liur yang diam mengandung banyak zat garam yang terkonsentrasi. Jika ada permukaan yang jauh dari gerakan-gerakan pembersihan alami, seperti gerakan lidah atau gerakan pembersih buatan seperti siwak, kandungan tersebut akan mengendap, terutama di sela-sela gusi sehingga sedikit demi sedikit membentuk lapisan kotoran gigi.
Ketika itulah bakteri-bakteri mulai bekerja, beraksi dengan sisa-sisa makanan, terutama yang mengandung gula, membentuk zat-zat asam organik yang berperan meleburkan email gigi kemudian gigi taring. Pengeroposan gigi ini akan terus meluas jika seseorang lengah dalam memperhatikan kebersihan mulut dan giginya. Berbagai penelitian laboratorium modern menegaskan bahwa siwak yang terbuat dari pohon Arak mengandung tanin yang merupakan antiseptik, membersihkan dan menahan pendarahan gusi serta memperkuatnya. Kayu siwak juga mengandung bahan semacam lada, yaitu sinnigrin yang memiliki bau menyengat dan rasa pedas, sehingga bisa membantu membunuh bakteri.
Analisis mikroskop terhadap potongan-potongan kayu siwak juga menegaskan ditemukannya kandungan silika dan kalsium karbonat yang berfungsi membersihkan gigi dan menghilangkan kotoran serta tartar gigi. Dr. Thariq al-Kauri menegaskan adanya kandungan klorida dan silika yang membuat gigi semaikin putih. Kayu Arak juga memiliki kandungan bahan berbentuk getah yang melindungi email gigi dan menjaga gigi dari kerapuhan, kandungan vitamin C dan trimetilamin yang bekerja melekatkan luka gusi dan menjadikannya tumbuh secara baik, juga kandungan sulfur yang mencegah terjadinya kerapuhan.
Penelitian terbaru membuktikan bahwa akar dan ranting Arak yang digunakan sebagai siwak ternyata mengandung unsur kimiawi yang mampu melindungi gigi dari kerusakan akibat kotoran dan kuman, serta melindunginya dari radang gusi. Selain itu, akar dan ranting Arak memiliki unsur kimiawi lain seperti minyak lada yang terasa manis dan memiliki aroma yang menyengat karena sifatnya yang panas, akar dan ranting Arak mampu mengusir kuman yang bersarang di mulut.
Beberapa unsur lain seperti aroma wangi yang dikandungnya, rasa gula yang bergetah, mineral, beragam serat tumbuhan yang mengandung karbon sodium, ternyata berfungsi sebagai pasta pelindung gigi. Fakta-fakta ilmiah tersebut belum ditemukan atau dibuktikan di masa-masa kenabian atau bahkan beberapa abad berikutnya. Karenanya, anjuran Nabi saw. untuk bersiwak setiap kali mengandung mukjizat ilmiah, ajaran tentang etika, serta konsep kesehatan mulut, gigi, gusi dari kotoran, kuman, bakteri dan sisa-sisa makanan yang menempel di gigi dan rongga mulut jika mulut dan gigi dibiarkan dalam kedaan kotor, tentu orang tersebut akan rentan terserang penyakit mulut dan gigi, dan ia pun akan dijauhi orang lain karena bau mulutnya yang tak sedap.
Hal lain yang sangat mencengangkan selain anjuran Nabi saw. untuk bersiwak adalah bahwa beliau memilih ranting atau akar pohonArak sebagai alat siwak favorit, sementara pada saat itu tidak ada seorangpun yang mengetahui zatzat dan senyawa yang terkandung pada ranting atau akar pohon Arak. Semua itu menunjukkan betapa Nabi saw. adalah benar-benar utusan Allah swt. yang setiap saat terhubung kepada Allah swt. dan mendapatkan bimbingan oleh wahyu.
Dialetika ilmiah yang terkandung dalam beberapa hadis Nabi saw. dan ayat-ayat Alquran sangat cocok untuk dijadikan sarana dakwah di zaman modern seperti sekarang yang diwarnai kemajuan dalam bidang sains dan teknologi. Cara ini niscaya dapat menggugah kalangan kaum muslimin untuk semakin mempercayai kebenaran risalah Islam dan mengajak kalangan non muslim untuk mendalami ajaran Islam dan kemudian memeluknya. Dengan memperhatikan komposisi kimiawikayu siwak Arak, dapat dipahami alasan Nabi saw. memilih menggunakan kayu siwak yang berasal dari wahyu yang diberikan kepada beliau. Dengan demikian, sebatang siwak yang digunakan dengan penuh keimanan dapat menggantikan peran dokter spesialis. Dariuraian tersebut sangat jelas bahwa siwak memiliki banyak manfaat dari segi kesehatan mulut, melebihi alat-alat dan obat-obatan pembersih mulut dan gigi buatan sekarang. Orang yang pertama memperkenalkan manfaat siwak adalah Nabi saw., beliau yang hidup pada abad ke-7 Masehi, namun memilik akal pikiran dan mentalis abad 21.
- Kontekstualisasi Pada Masa Nabi Saw Dengan Masa Sekarang
Dalam kaitannya sebagai sumber pokok ajaran Islam, hadis padaumumnya lebih merupakan penafsiran kontekstual dan situasional atas ayat-ayat Al-Qur'an dalam merespons pertanyaan para sahabat Nabi saw. Situasi sosial budaya dan alam lingkungan yang semakin lama semakin terus berubah dan berkembang. Dengan semakin jauh terpisahnya hadis dari situasi sosial yang melahirkannya, maka sebagian hadis Nabi terasa tidak komunikatif lagi dengan realitas kehidupan sosial saat ini. Karena itu, pemahaman atas hadis Nabi merupakan hal yang mendesak, tentu dengan acuan yang dapat dijadikan sebagai standarisasi dalam memahaminya.
Secara garis besar, ada dua tipologi pemahaman ulama atas hadis: Pertama, pemahaman atas hadis Nabi tanpa memperdulikan proses sejarah yang melahirkannya--ahistoris. Tipologi ini dapat disebut tekstualis. Kedua, pemahaman kritis dengan mempertimbangkan asal-usul (asbb al-wurd) hadis. Dengan demikian, pemahaman kontekstual atas hadis Nabi berarti memahami hadis berdasarkan kaitannya dengan peristiwa-peristiwa dan situasi ketika hadis diucapkan, dan kepada siapa pula hadis itu ditujukan. Artinya, hadis Nabi saw. hendaknya tidak ditangkap makna dan maksudnya hanya melalui redaksi lahiriah tanpamengkaitkannya dengan aspek-aspek kontekstualnya. Meskipun di sini kelihatannya konteks historis merupakan aspek yang paling penting dalam sebuah pendekatan kontekstual dikarenakan pada zaman Nabi saw. mengungkapkan hadis tentang siwak tersebut masih belum secanggih masa modern saat ini dalam hal kebersihan mulut, namun konteks redaksional juga tak dapat diabaikan.
Analisis konteks-redaksional akan memberikan perspektif baru tentang semangat teks secara keseluruhan yang pada gilirannya akan memberikan pemahaman tentang maksud atau tujuan (madll/hadaf) yang terkandung dalam sebuah hadis. Bahwa di sana disebutkan media (washlah) sebagai wadah bagi terwujudnya tujuan adalah hal yang wajar. Ini disebabkan karena tujuan atau maksud merupakan realitas yang bersifat statis dan universal. Tetapi media senantiasa berkembang dan terus berkembang.
Dari sini, maka yang harus dijadikan pegangan dalah tujuan dan maksud yang dikandung sebuah hadis, karena media merupakanpendukung bagi tercapainya sebuah maksud. Sebagai contoh, Nabi saw.mengatakan: "Siwak itu membersihkan mulut dan menjadikan Allah ridha". Tujuan atau maksud dari hadis ini sebenarnya adalah membersihkan mulut sehingga Allah menjadi ridha karena kebersihanitu. Sedangkan siwak merupakan media untuk mencuci mulut. Disebutkan siwak oleh Nabi saw, menurut Ysuf al-Qardhw, karena siwak cocok dan mudah didapat di jazirah Arab. Karena itu, siwak dapat diganti dengan barang lain, seperti odol dan sikat gigi yang sama kedudukannya dengan siwak.
Cara Bersiwak yang dianjurkan adalah secara horizontal yaknimelebar, tidak vertikal agar tidak melukai gusi. Sedangkan yang digosok saat bersiwak adalah gigi bagian depan dan gigi geraham, sedangkan pada langit-langit dilakukan dengan cara yang lembut. Dan memulainyadari sisi kanan. Satu hal yang perlu diperhatikan ketika akan bersiwakadalah dengan niat bersiwak karena Allah SWT. dan mengikuti sunnah Nabi saw. Karena jika seseorang bersiwak dengan tanpa niat, orang tersebut tidak akan mendapatkan kesunnahan, maka apabila tidak mendapat kesunnahan berarti orang tersebut tidak akan mendapat pahala.
Beberapa uraian di atas menjadi pembeda antara siwak yang digunakan pada masa Nabi saw. dengan alat pembersih mulut lainnya yang digunakan pada masa sekarang. Banyak hal yang tidak bisa diaplikasikan pada pembersih mulut di zaman sekarang, seperti derajatnya, sunnah dalam pemakaiannya, ukurannya dan juga do'a yang dipanjatkan ketika menggunakan siwak tersebut.
- Manfaat BersiwakÂ
Bersiwak dari segi kemanfaatan tentu berbeda dengan bersiwak dengan alat selain kayu Arak. Para ulama berkata bahwasanya memakai siwak banyak faedahnya bahkan sebagian dari mereka menghitungnya sampai 70 faedah, diantaranya adalah sebagai berikut:229 Menambah kefasehan lisan; menambah kecerdasan; mempertajam pandangan mata; mempermudah jalannya ruh ketika sakratul maut; membuat takut musuh; mendapatkan pahala yang banyak dengan menggunakannya; membuat awet muda pemakainya; mengharumkan bau mulut; menghilangkan kotoran serta kuningnya gigi; menguatkan gusi; membuat bundar muka;membuat rela Allah SWT.; memutihkan gigi; menyebabkan kekayaandan kemudahan bagi yang memakainya; menghilangkan pusing kepala dan penyakit-penyakit kepala; memperbaiki pencernaan serta menguatkannya; membersihkan hati; mengingatkan kita untuk mengucapkan dua kalimat syahadat ketika sakratul maut dan masih banyak lagi faedah-faedah lainnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI