Mohon tunggu...
sri lestari
sri lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

saya seorang mahasiswi yang berasal dari sumatra utara, namun berkuliah di Aceh tepatnya di Institut Agama Islam Negri Langsa. hobi saya menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Manfaat Bersiwak untuk Kesehatan Gigi dalam Al-Qur'an dan Hadis serta Pandangan Sains dalam Bersiwak

5 Desember 2024   19:16 Diperbarui: 5 Desember 2024   19:22 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Selain karena faktor religi dan budaya, dibeberapa tempat yang menjadi habitat tanaman siwak masih digunakan oleh masyarakat dengan berbagaialasan, diantaranya karena lebih murah, mudah di dapat, dan ramah lingkungan. Banyak peneliti yang mengemukakan bahwa banyak sekali manfaat siwak diantaranya seperti memelihara kesehatan gigi, mencegah pembentukan plak, mencegah gigi berlubang dan bau mulut, serta memperkuat struktur gusi. Beberapa penelitian melaporkan bahwa siwak mengandung bahan antibakterial yang memiliki efek terhadap bakteri karies dan bakteri periodontal yang patogen.

  • Definisi Thaharah

Thaharah (bersuci) menurut bahasa berarti bersih dan membersihkan diri dari kotoran yang bersifat hissiy (inderawi) seperti najis dan kotoran yang ma'nawi seperti cacat fisik maupun nonfisik (aib). Sedangkan menurut syara', thaharah adalah sesuatu yang dihukumi wajib untuk melaksanakan shalat seperti wudhu, mandi, tayammum dan menghilangkan najis lainnya. Beberapa macam thaharah, yaitu wudhu untuk menghilangkan hadats kecil, mandi untuk menghilangkan hadats besar serta tayamum untuk menggantikan wudlu dalam keadaan tertentu. Thaharah pada dasarnya adalah sebuah ibadah yang mencakup seluruh ibadah lainnya. Tanpa adanya thaharah mustahil akan terwujud ibadah yang sah karena ibadah yang dilakukan seorang hamba harus dalam keadaan yang bersih dansuci (thaharah wa nadhafah) untuk mencapai kesempurnaan ibadah. Thaharah menurut bahasa berarti bersuci. Menurut syara' atau istilah adalah membersihkan diri, pakaian, tempat, dan benda-benda lain dari najis dan hadats menurut cara-cara yang ditentukan oleh syariat Islam.

Thaharah (bersuci) menurut pembagianya dapat dibedakan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu:

1. Bersuci Lahiriah

Thaharah (bersuci) yang bersifat lahiriah adalamembersihkan diri, tempat tinggal, lingkungan dari segala bentuk kotoran, hadats dan najis. Membersihkan diri dari najis adalah membersihkan badan, pakaian, dan tempat yang didiami dari kotoran sampai hilang rasa, bau dan warnanya.

2. Bersuci Batiniah

Thaharah (bersuci) batiniah adalah membersihkan jiwa dari kotoran batin berupa dosa dan perbuatan maksiat seperti: iri, dengki, takabur dan sombong. Cara membersihkannya dengan taubatan nashuha (taubat yang sungguh-sungguh), yaitu memohon ampun kepada Allah SWT dan berjanji tidak akan mengulang kembali perbuatan tersebut.Ada beberapa pernyataan yang sudah sangat populer di tengah masyarakat, namun sebenarnya masih perlu mendapatkan penelitian dan pencermatan yang mendalam, yaitu pernyataan: (kebersihan bagian dari keimanan). Ungkapan kata di atas sangat populer, sehingga pernyataan ini dapat diketemukan dalam berbagai media penyiaran: baliho, baik cetak maupun elektronik, pamflet, poster, stiker dan bahkan iklan layanan masyarakat di media cetak, maupun elektronik. Banyak juga juru dakwah, pengkhutbah (pemberi kultum), sambutan-sambutan dari para pejabat yang mengutip pernyataan ini dan menjadikannya sebagai dalil akli.

  • Ayat-ayat Thaharah

Terdapat dalam surah : At-Thaubah 108, Al-Maidah ayat 6, Al-A'raf ayat 82, An-Naml ayat 56 dan  Al-Baqarah ayat 222. Kita bahas ayat Thaharah di surah At-Taubah ayat 108 :

"Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar takwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih".

Dalam Kitab Tafsir Jalalain dijelaskan bahwa maksud dari ayat tersebut adalah (Janganlah kamu berdiri) melakukan salat (dalam mesjid itu selama-lamanya) kemudian Nabi saw. mengirimkan segolongan para sahabatnya guna merobohkan dan membakarnya. Kemudian mereka menjadikan bekas mesjid itu sebagai tempat pembuangan bangkai. (Sesungguhnya mesjid yang didirikan) dibangun dengan berlandaskan kepada pondasi (takwa, sejak hari pertama) yaitu mesjid yang didirikan oleh Nabi saw. sewaktu pertama kali beliau menginjakkan kakinya di tempat hijrahnya itu, yang dimaksud adalah mesjid Quba. Demikianlah menurut penjelasan yang telah dikemukakan oleh Imam Bukhari (adalah lebih berhak) daripada mesjid dhirar itu (kamu salat) untuk melakukan salat (di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang) kaum Ansar (yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih) artinya, Allah akan memberikan pahala kepada mereka. Lafal al-muththahhiriina asalnya ialah al-mutathahhiriinakemudian huruf ta diidgamkan kepada huruf tha yang asal, kemudian jadilah al-muththahhiriina. Ibnu Khuzaimah di dalam kitab sahihnya telah meriwayatkan sebuah hadis melalui Uwaimir bin Saidah, bahwasanya pada suatu hari Nabi saw. mendatangi mereka (para sahabat) di mesjid Quba. Kemudian beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah swt. telah memuji kalian dengan baik atas pembersihan diri kalian sehubungan dengan kisah mesjid kalian ini (Quba). Maka cara pembersihan apakah yang sedang kalian lakukan sekarang ini?" Mereka menjawab, "Demi Allah, wahai Rasulullah, kami tidak mengetahui apa-apa melainkan kami mempunyai tetangga-tetangga Yahudi; mereka lalu membasuh dubur mereka setelah buang air besar, maka kami punmelakukan pembasuhan seperti apa yang mereka lakukan." Menurut hadis yang lain, yang telah diriwayatkan oleh Imam Bazzar disebutka bahwa para sahabat mengatakan, "Akan tetapi kami memakai batu terlebih dahulu, kemudian baru kami memakai air." Maka Nabi saw.menjawab, "Itulah yang benar, maka peganglah cara ini oleh kalian."

Ibnu Kasir menjelaskan dalam Tafsirnya bahwa penyebab turunnya ayat-ayat ini ialah bahwa sebelum kedatangan Nabi Saw. di Madinah terdapat seorang lelaki dari kalangan kabilah Khazraj yangdikenal dengan nama Abu Amir Ar-Rahib. Sejak masa Jahiliah dia telah masuk agama Nasrani dan telah membaca ilmu ahli kitab. Ia melakukan ibadahnya di masa Jahiliah, dan ia mempunyai kedudukan yang sangat terhormat di kalangan kabilah Khazraj. Ketika Rasulullah saw. tiba di Madinah untuk berhijrah, lalu orang-orang muslim berkumpul bersamanya, dan kalimah Islam menjadi tinggi serta Allah memenangkannya dalam Perang Badar, maka si terkutuk Abu Amir ini mulai terbakar dan bersikap oposisi serta memusuhi beliau secara terang-terangan. Ia melarikan diri bergabung dengan orang-orang kafir Mekah dari kalangan kaum musyrik Quraisy dan membujuk mereka untuk memerangi Rasulullah saw. Maka bergabunglah bersamanya orang-orang dari kalangan Arab Badui yang setuju dengan pendapatnya, lalu mereka datang pada tahun terjadinya Perang Uhud. Maka terjadilah suatu cobaan yang menimpa kaum muslim dalam perang itu. tetapi akibat yang terpuji hanyalah bagi orang-orang yang bertaqwa.

  • Hadis-hadis Tentang Bersiwak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun