Mohon tunggu...
Sri Hastuti Ramadhani
Sri Hastuti Ramadhani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi saya adalah membaca karena dengan membaca dapat menambah wawasan kita karena membaca adalah jendela dunia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Modul.3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Seorang Pemimpin

27 April 2023   18:00 Diperbarui: 27 April 2023   18:15 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Agar pengambilan keputusan dapat tepat dalam menangani masalah dilema etika dan bujukan moral maka seorang guru harus memiliki kompetensi sosial emosional ( KSE )yaitu pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif seluruh komunitas sekolah dengan tujuan untuk memberikan pemahaman, Penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi. Menetapkan dan mencapai tujuan positif. Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain. Kompetensi sosial emosional ini sangat diperlukan bagi setiap pendidik karena kompetensi  ini sangat berpengaruh dalam  menciptakan pengalaman belajar bagi murid untuk menumbuhkan rasa empati dan dapat mengendalikan emosional dalam proses pembelajaran dan lkehidupan sehari hari. Dalam proses pengambilan keputusan diperlukan kompetensi sosial emosional baik itu kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial maupun keterampilan berelasi sehingga setiap keputusan yang diambil dilakukan dalam keadaan kesadaran penuh (Mindfulness) terutama sadar akan konskwensi keputusan yang diambil serta dapat dipertanggungjawabkan.proses pengambilan keputusan membutuhkan keberanian dan rasa percaya diri dan yang terpenting adalah bahwa keputusan tersebut harus mengandung nilai-nilai kebajikan yang universal serta berpihak pada murid.

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Pembahasan studi kasus yang  fokus pada masalah sosial atau etika akan kembali kepada nilai nilai yang dianut oleh seorang pendidik yaitu  ketika dihadapkan pada kasus kasus dilema etika atau bujukan moral baik secara sadar atau pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang dianutnya. Nilai-nilai yang dianut oleh seorang pendidik akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Nilai-nilai yang dianut oleh seorang pendidik adalah reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada anak didik. Nilai-nilai tersebut akan mendorong pendidik untuk menentukan keputusan dalam menangani bujukan moral atau dilemma etika yang tepat sasaran, benar dan meminimalisir kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan yang dapat merugikan semua pihak khususnya peserta didik.

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?

Pengambilan keputusan yang tepat yang memiliki dampak terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman dapat terjadi apabila seorang pendidik mampu melihat permasalahan yang dihadapi apakah permasalahan tersebut merupakan dilema etika atau bujukan moral. Dengan nilai-nilai yang dimiliki seorang pendidik tersebut, baik nilai inovatif, kolaboratif, mandiri dan reflektif. seorang pendidik dapat menuntun muridnya untuk dapat mengenali potensi ( kekuatan ) yang dimiliki dalam mengambil keputusan untuk dapat mengatasi masalah masalah yang terjadi. Keputusan yang kita ambil akan berdampak pada proses pembelajaran dan mempengaruhi situasi di sekolah. Setiap keputusan yang diambil harus tepat, menjunjung nilai-nilai kebajikan dan berlandaskan keteladanan, bijaksana dan tidak melanggar norma, serta sesuai dengan aturan aturan yang berlaku  Dengan landasan tersebut kita dapat menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Sehingga murid-murid dapat belajar dengan baik dan dapat mengembangkan kompetensi yang dimilikinya.

Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan tantangan yang ada dilingkungan saya dalam menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus dilema etika adalah Perbedaan cara pandang dan kepentingan dari orang-orang yang berada dalam masalah dan juga sulitnya mengubah pola pikir atau cara berpikir orang lain dalam memandang suatu masalah dilema etika. Untuk dapat menghasilkan keputusan yang tepat, tentu kita harus memiliki pengetahuan tentang bagaimana orang hebat mengambil keputusan, prinsip ataupun paradigma apa yang digunakan dan juga bagaimana menguji tepat atau tidaknya keputusan kita yang sudah kita ambil. Dan yang saya lakukan adalah dengan memilah setiap permasalahan apakah termasuk di salah satu 4 paradigma dilema etika kemudian menerapkan 3 prinsip dalam pengambilan keputusan dan menerapkan 9 langkah dalam pengambilan keputusan, jika ini sudah diterapkan maka Insya Allah keputusan yang kita ambil sudah tepat dengan tetap berpijak pada aturan aturan yang ada ( berlaku).

Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil dengan pengajaran memerdekakan murid  kita adalah dengan menerapkan implementasi kurikulum merdeka yaitu dengan menerapkan merdeka belajar. Merdeka belajar artinya murid bebas mencapai kesusksesan, kebahagiaan sesuai minat dan potensinya tanpa ada paksaan dan tekanan dari pihak manapun. Hal ini diharapkan murid-murid akan sukses dengan bidangnya masing-masing, bahagia karena sesuai dengan apa yang diinginkannya dan bertanggungjawab akan apa yang menjadi pilihannya. Kita merencanakan secara sadar pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan murid-murid untuk mewujudkan kekuatan (potensinya). Pembelajaran yang memberikan mereka pengalaman untuk dapat mengeksplorasi dan mengaktualisasikan seluruh potensi dalam diri , baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan, untuk mewujudkan ini maka diperlukan sekali bagi seorang guru untuk memiliki kompetensi pembelajaran berdiferensiasi yang berarti guru harus memiliki kemampuan untuk memenuhi apa yang dibutuhkan murid dalam belajar karena murid kita berbeda dan unik dan memiliki kebutuhan yang berbeda beda, selain itu juga  diperlukan kompetensi sosial emosional ( KSE ) dalam pembelajaran sosial emosional ( PSE ) yaitu pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif seluruh komunitas sekolah dengan tujuan untuk memberikan pemahaman, Penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi. Menetapkan dan mencapai tujuan positif. Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain.

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun