Keiza, Fanessa dan Hanni tak ingin merepotkan orang tua dari segi persiapan maupun biaya. Itulah sebabnya sebisa mungkin mereka memakai baju yang sudah ada. Mereka juga berpendapat, memakai baju daerah tak perlu sering sering, cukup beberapa bulan sekali.Â
Faisal, murid cowok kelas 8 mendukung pendapat teman temannya. Baju daerah yang dipakai adalah pinjaman dari budhenya. Hari itu Faisal memakai baju daerah Jawa Tengah tanpa dilengkapi blangkon maupun keris. Gratis, praktis tanpa ribet adalah alasan Faisal.
Mereka berempat tampak menikmati kegiatan hari itu. Kegembiraan terpancar dari wajah wajah mereka saat dimintai pendapat. Hari itu di sekolah tidak ada pembelajaran di dalam kelas. Ada beberapa lomba dimana anak anak dipersilahkan memilih lomba apa yang ingin diikuti. Lewat kegiatan peringatan Sumpah Pemuda, murid murid dibebaskan untuk berekspresi melalui baju maupun minat bakat.Â
Kegembiraan juga meliputi wajah Ibu Sulistyorini selaku kordinator bidang kesiswaan. Guru bahasa Indonesia itu bercerita bahwa kegiatan hari itu sebenarnya mendadak, hanya 2 hari persiapannya.Â
Setelah menerima arahan dari Dinas Pendidikan Kota Salatiga, beliau bersama guru guru lain membuat program untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda. Dinas Pendidikan membebaskan sekolah membuat kegiatan sesuai kreatifitas masing masing.Â
Ada beberapa lomba antara lain; membuat dan baca puisi, membuat poster digital, fashion show dan vlog. Lomba lomba itu sekaligus sebagai media pembelajaran luar ruang kelas. Murid murid diminta memakai baju daerah sebagai wujud nasionalisme dan toleransi. Mereka bebas memilih baju daerah mana saja yang hendak dipakai.Â
Permintaan dan kekebasan ini direspon positif oleh anak didik mereka. Walaupun mendadak, 90% Â dari anak anak mengikuti arahan sembari mengekpresikan diri dan bersenang senang. Kezia, Fanessa, Hanni dan Faisal telah mewujudkan nasionalisme dan toleransi melalui pakaian yang mereka pilih.Â
Dari komentar beberapa murid dan guru diatas, hendaknya bisa menjadi bahan pertimbangan dalam merumuskan suatu aturan.
Para pihak yang berkecimpung di dunia pendidikan, silahkan saja berdiskusi tentang Seragam Baju Adat. Namun jangan lupa mempertimbangkan 'Kesenangan dan Kebebasan' para murid dan guru.Â
Bukankah hal seperti itu yang dimaktubkan dalam Kurikulum Merdeka?