Awalnya saya tak terlalu mengenal Rum. Saya tidak pede dengan kondisi diri yang pas pasan baik ekonomi, wajah maupun prestasi. Sementara waktu itu Rum bagaikan bulan dilangit yang tak akan bisa diraih. Apalagi Rum berasak dari keluarga mampu, berangkat dan pulang sekolah diantar mobil sedan ayahnya. Saya tidak ingat apakah saat itu berani bicara sepatah dua patah kata dengan dara ayu itu.Â
Namun ketika kelas 3 dan kami berada di kelas yang sama, saya semakin mengenal Rum. Kami beberapa kali duduk berdampingan satu meja di bagian belakang.Â
Saya menjadi tahu bahwa Rum agak pendian. Saya juga tahu bahwa hatinya baik karena sering meminjamkan alat tulis kepada temannya. Pun dengan status idola dan ekonomi berkecukupan, dia tidak sombong, mau bergaul dengan kami kaum pas pasan. Namun demikian, saya tetap tidak pede untuk mengakrabkan diri dengannya.Â
Selepas SMP, saya dan Rum tidak pernah bertemu lagi karena kami beda SMA. Tak ada kabar berita mengenai RUM yang saya ketahui.Â
Baru ketika kuliah di Satya Wacana Salatiga, saya beberapa kali bertemu Rum. Rupanya dia bekerja di salah satu fakultas disana.Â
Saya hanya bisa menyapanya saja tanpa berani ngobrol lama lama. Rum masih saja memancarkan wajah ayunya. Dia masih tak tak banyak bicara.Â
Banyak mahasiswa yang membicarakan dan naksir Rum. Mereka bertanya tanya tentang Rum kepada saya ketika mereka tahu bahwa saya teman SMPnya. Saya tidak bisa menjawab banyak, tetapi merasa bangga pernah menjadi teman seorang dara idola.Â
Lama kemudian, sampai belasan tahun, saya tidak pernah bertemu dengan Ro dan Rum. Selepas kuliah saya merantau ke berbagai kota di Indonesia.Â
Pertemuan kembali dengan mereka terjadi saat diadakan reuni SMP beberapa tahun lalu. Kami bertiga sudah berubah status dan penampilanmya. Jika tidak memperkenalkan diri kembali kepada teman lain, mungkin banyak yang tidak saling mengenali.Â
Penampilan Ro banyak berubah. Tubuhnya bertambah gemuk namun terlihat tegap. Suaranya juga berbeda, jika dahulu agak cempreng dan sering cengengesan, kini vokalnya terdengar keras dan tegas. Saya memakluminya, dunia keprajuritan sudah mengubah Ro menjadi sosok yang seperti itu.Â
Kami tidak sempat berbicara banyak. Reuni sekolah adalah saat dimana teman teman ingin bercerita banyak dan mencari tahu kabar teman temannya. Suasanya pasti ramai dan banyak terdengar gelak tawa.Â