Mohon tunggu...
SRI HARTONO
SRI HARTONO Mohon Tunggu... Supir - Mantan tukang ojol, kini buka warung bubur ayam

Yang penting usaha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ngantuk dan Keluar Masuk Tol

14 November 2021   08:59 Diperbarui: 14 November 2021   09:04 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rest Area Salatiga/Sumber Gambar Pinterest. 

Mengantuk di jalan tol itu sudah biasa, yang tidak biasa adalah keluar masuk tol untuk menghindari kantuk.

Jalan tol yang semakin mulus dan panjang mencapai ratusan kilometer membuat pengemudi gampang terlena. 

Menggeber mobil hingga kecepatan diatas 100 km per jam adalah pemandangan biasa yang terlihat diatas jalan tol. Padahal ada rambu batas kecepatan 100 km perjam yang sudah dipasang di beberapa tempat. 

Entah pikiran apa yang ada di benak sopirnya sampai melaju diatas rambu, namun sudah pasti dia tidak ingat, kematian bisa saja menjemput lebih cepat. 

Saya sering mengemudi mobil Salatiga-Surabaya-Pamekasan Madura dan sebaliknya. Jarak Salatiga-Surabaya via tol sekitar 200 km dengan waktu tempuh 4 jam, sedangkan Surabaya-Pamekasan 100 km dicapai dalam waktu 3 jam dengan kecepatan normal. 

Walaupun jaraknya tidak terlalu jauh, mengantuk di jalan juga saya alami. Apalagi jika berangkat siang atau malam hari, pas waktunya jam tidur. Jika sudah demikian, saya biasanya mengambil keputusan keluar masuk tol. 

Karena sering melakukan perjalanan via jalan biasa di rute tersebut, saya hapal dengan kondisi jalan serta kepadatan lalu lintasnya. 

Jalan yang paling ramai adalah Surabaya-Mojokerto atau sebaliknya. 

Banyaknya pabrik disekitar wilayah itu mengakibatkan arus lalu lintasnya sering padat. Ditambah banyak bis jurusan Surabaya ke arah Jawa Tengah yang lalu lalang 24 jam. 

Tahu sendiri kan bagaimana ngebutnya mereka. Bus bus wilayah ini hanya bisa disaingi ngebutnya oleh bus Jawa Barat jurusan Jakarta Cirebon. 

Akibat bercampurnya bus, truk, motor dan kendaraan pribadi, jalan Surabaya- Mojokerto menjadi sangat ramai dan juga berbahaya. Pengemudi harus ekstra hati hati bila melewatinya. Oleh sebab itu, jalan non tol area ini saya hindari. 

Jalan arteri lain yang juga saya hindari adalah Nganjuk-Ngawi. Rutenya berkelok kelok dengan hutan di kanan kiri. Banyak truk besar yang melewati jalan ini karena jalannya datar. Akibatnya kendaraan sering terjebak dalam antrean panjang karena truk jalannya pelan. 

Bus dan kendaraan pribadi yang tak sabar biasanya melakukan 'ngeblong' atau menyalip dengan melanggar marka jalan. Karena jalannya berkelok kelok, kondisi lalu lintas di depan tidak kelihatan. Sering terjadi kecelakaan di wilayah ini akibat ketidak sabaran pengemudi. 

Untuk menghindari dua rute berbahaya diatas saya kemudian masuk jalan tol. 

Ada dua keuntungan jika saya masuk jalan tol yaitu hemat waktu dan mengurangi kelelahan akibat salip salipan di jalan non tol. 

Namun ada juga kondisi sebaliknya. Bila saya terlalu lama mengemudi di jalan tol, rasa kantuk bisa menyerang. Jalan mulus, kecepatan konstan dan jarang salip salipan menyebabkan rasa bosan sehingga menyebabkan kantuk 

Jika sudah demikian saya kemudian keluar tol mencari pemandangan dan tantangan baru. 

Walaupun saya tidak suka ngebut, namun jika di jalan biasa, ada saja momen saling menyalip yang mengasikkan. 

Hal ini tidak berarti saya harus melanggar aturan lalu lintas. Jika ketemu sopir yang sudah pengalaman di jalan, kami bisa saling mengawal agar tidak mengantuk. 

Untuk mengetahui sopir yang se-ide, saya biasanya salip menyalip 2-3 kali sembari memberi kode klakson atau lampu dim. Jika dia merespon, berarti kami bisa di depan bergantian. 

Itu cara berkomunikasi para sopir yang pengalaman dijalan. 

Cara itu juga biasa dilakukan sopir bus malam. 

Pada PO Bus yang sama, jika saling beriringan, sopir yang sudah capai atau mengantuk akan memberi jalan kepada rekannya untuk menyalip. Kemudian dia akan dikawal ditengah oleh bus yang lain. 

Atau sebaliknya sopir yang capai atau mengantuk malahan minta jalan agar dia bisa didepan. Jika dia didepan, maka konsentrasinya akan bertambah karena harus mencari jalan untuk teman temannya. 

Saat berkendara di jalan tol, hal itu belum pernah saya temui. Sepertinya para sopir sibuk dengan urusan masing masing. 

Ada yang menikmati enaknya jalan tol dengan berjalan santai. Ada yang menyalurkan hasrat ngebutnya seperti pembalap F1. Banyak pula yang berhati hati mengikuti semua rambu karena selalu ingat anak istri. 

Maka, berkendara dijalan tol buat saya adalah seperlunya saja. Setiap kali melakukan perjalanan, saya usahakan tidak diburu waktu. Jika kepingin lewat tol, saya masuk, jika sudah mengantuk, saya keluar lagi. 

Kalau ingin memburu cepat harus lewat jalan tol, saya biasa berbekal camilan dan lagu lagu yang banyak. Seperti dilakukan sopir lainnya, makan camilan dan mendengarkan lagu adalah jurus jitu menghilangkan rasa kantuk baik di jalan tol maupun non tol. 

Ada lagi jurus saya menghindari mengantuk lainnya, yaitu keluar masuk rest area. 

Saat lelah dan kantuk tak bisa ditahan, saya sering masuk rest area untuk beristirahat sejenak atau cuci muka. 

Pernah saya melakukan perjalanan sendirian Pamekasan-Surabaya-Salatiga. Berangkat dari Pamekasan siang hari kemudian mulai perjalanan dari Surabaya malam harinya, membuat saya cukup lelah dan mengantuk. 

Sayapun kemudian memutuskan keluar masuk rest area saja untuk istirahat sejenak sekalian cuci muka. Tak hanya sekali, saya melakukannya hingga 4 kali. Surabaya-Salatiga yang biasanya bisa ditempuh dalam 4 jam, hari itu saya jalani menjadi 6 jam. 

Saya tidak berpikir bahwa saat itu buang buang waktu hanya untuk istirahat sejenak. Tetapi yang penting adalah selamat sampai ditempat tujuan. 

Menjadi seorang sopir yang baik tidak hanya ketrampilan dan pengetahuan saja yang diperlukan. Yang terpenting adalah pengendalian diri dalam 2 hal. 

Pertama; sehat lahir batin

Seorang sopir harus dalam kondisi sehat apabila akan menyetir. Jika sudah lelah dan mengantuk, sopir silakan istirahat untuk memulihkan diri. 

Pikiran tenang juga sangat diperlukan. Dalam  keadaan tenang, konsentrasi saat menyetir bisa terus terjaga. 

Kedua; Waktu yang cukup untuk sampai ke tujuan. 

Saat hendak bepergian, berilah waktu yang longgar untuk mencapai tujuan. 

Jika Salatiga-Surabaya ditempuh dalam waktu 4 jam, biasanya saya menyedialan ekstra 2 jam untuk menjalaninya. Tujuannya selain agar tidak terburu buru, saya masih punya waktu apabila ada kendala ban kempes atau mesin rusak ringan. 

Nah, dengan waktu yang longgar  saya bisa keluar masuk tol maupun rest area semau saya. 

Tujuannya cuma satu; agar tidak mengantuk dan membuat celaka. 

Semoga selalu begitu. 

Salatiga 141121.63

Tambahan:

Rest Area Salatiga/Sumber Gambar Pinterest. 
Rest Area Salatiga/Sumber Gambar Pinterest. 
Jika Anda lewat jalan tol Salatiga, jangan lupa mampir di rest areanya. Bangunannya modern mirip mal dengan berbagai resto nasional dan UMKM yang menjajakan produknya. 

Jalur kanan dan kiri dihubungkan oleh bangunan berkaca sebagai jembatan penghubung.  Andapun bisa menikmati pemandangan sawah di sekitarnya dan indahnya pegunungan yang mengelilingi Salatiga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun