Cara itu juga biasa dilakukan sopir bus malam.Â
Pada PO Bus yang sama, jika saling beriringan, sopir yang sudah capai atau mengantuk akan memberi jalan kepada rekannya untuk menyalip. Kemudian dia akan dikawal ditengah oleh bus yang lain.Â
Atau sebaliknya sopir yang capai atau mengantuk malahan minta jalan agar dia bisa didepan. Jika dia didepan, maka konsentrasinya akan bertambah karena harus mencari jalan untuk teman temannya.Â
Saat berkendara di jalan tol, hal itu belum pernah saya temui. Sepertinya para sopir sibuk dengan urusan masing masing.Â
Ada yang menikmati enaknya jalan tol dengan berjalan santai. Ada yang menyalurkan hasrat ngebutnya seperti pembalap F1. Banyak pula yang berhati hati mengikuti semua rambu karena selalu ingat anak istri.Â
Maka, berkendara dijalan tol buat saya adalah seperlunya saja. Setiap kali melakukan perjalanan, saya usahakan tidak diburu waktu. Jika kepingin lewat tol, saya masuk, jika sudah mengantuk, saya keluar lagi.Â
Kalau ingin memburu cepat harus lewat jalan tol, saya biasa berbekal camilan dan lagu lagu yang banyak. Seperti dilakukan sopir lainnya, makan camilan dan mendengarkan lagu adalah jurus jitu menghilangkan rasa kantuk baik di jalan tol maupun non tol.Â
Ada lagi jurus saya menghindari mengantuk lainnya, yaitu keluar masuk rest area.Â
Saat lelah dan kantuk tak bisa ditahan, saya sering masuk rest area untuk beristirahat sejenak atau cuci muka.Â
Pernah saya melakukan perjalanan sendirian Pamekasan-Surabaya-Salatiga. Berangkat dari Pamekasan siang hari kemudian mulai perjalanan dari Surabaya malam harinya, membuat saya cukup lelah dan mengantuk.Â
Sayapun kemudian memutuskan keluar masuk rest area saja untuk istirahat sejenak sekalian cuci muka. Tak hanya sekali, saya melakukannya hingga 4 kali. Surabaya-Salatiga yang biasanya bisa ditempuh dalam 4 jam, hari itu saya jalani menjadi 6 jam.Â