Bahwa kanal politik masih mendapat tempat dihati Admin K. Buktinya ;
Ketika kita mengetik Kompasiana dari Google, muncullah Blok Kompasiana, di bawahnya ada artikel terpopuler di bawahnya lagi ada politik.Â
Kemudian kita klik Artikel Terpopuler, maka politik menjadi urutan kedua setelah artikel ekonomi.Â
Artikel politik tidak diletakkan pada urutan paling bontot.Â
Masih lumayan Eye Catching bukan?Â
Mengenai sensor atau banned sekian menit untuk artikel politik, saya melihatnya begini;Â Kita lihat induknya K yaitu Koran Kompas.Â
Sebagai produk lama sejak jaman orde Baru, saya yakin Kompas juga tak luput dari 'kezaliman' pemerintahan Orde Baru. Hanya karena kecerdikan pengelolanya saja Kompas lolos dari aksi breidel. Dengan pengalaman itu, Admin K akan berhati hati ketika menayangkan artikel politik.Â
Sesuai slogan Kompasiana "Sharing dan Connecting", K menjadi media bagi siapa saja. Simpatisan, oposan dan kaum rebahan. Kompasiana akan mengambil sisi yang netral namun tetap berkualitas.Â
Artikel yang terlalu memihak atau melempar hoaks sudah pasti akan dikarantina bahkan ditolak.Â
Artikel politik itu sensitif. Salah sedikit bisa mengundang perang. Kedua belah pihak bisa saling menyerang dan melaporkan. Itu bisa mengundang bahaya karena bisa saja K di banned atau take down atau dibreidel.Â
Hal inilah saya kira yang menjadi pertimbangan admin K memperlakukan kanal politik.Â