Secara sukarela, beberapa pemuda mengantarkan air ke rumah-rumah warga yang telah meletakkan beberapa wadah seadanya di depan-depan rumah.
Selain pemuda setempat, bantuan air juga datang dari beberapa relawan dari luar desa, sejumlah organisasi seperti RAPI, LAZISNU bahkan pedagang yang seringkali memasarkan dagangan ke Desa Slumbung turut membantu warga masyarakat.
Pemandangan berjejernya kaleng, timba, panci, galon air mineral, bak, genthong ada di mana-mana. Di tiap depan rumah warga, tempat-tempat air tersebut dipasang dengan harapan mereka mendapat giliran air untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sementara itu, para relawan berkeliling desa tanpa kenal lelah 24 jam sehari mencari tempat dan wadah air kosong untuk diisi air yang tentunya kehadirannya sangat dinantikan warga masyarakat.
Pemerintah desa berinisiatif serta mengatur jadwal agar pembagian air bisa merata dan menjangkau seluruh warga desa.
Di saat seperti ini, kita baru menyadari betapa bernilainya "air" bagi kehidupan. Kita yang sehari-hari menggunakan air dengan royal tanpa pernah berfikir panjang bagaimana jika hidup tidak ada air.
Ironi memang, karena Desa Slumbung yang terkenal akan hasil pertaniannya dan sangat ijo royo-royo ternyata mengalami krisis air.
Pada momen sepuluh hari bulan Ramadlan ternyata Allah Swt memberikan ujian ini.
Momen ini bisa menjadi motivasi bagi kita semua untuk berlomba-lomba melakukan amal saleh.
Semoga amal semua relawan mendapat balasan yang lebih dari Allah Swt.
Blitar, 16 April 2023